Selasa, 07 Mei 2013



Catatan Perjalanan ke Situ gede

Pusing. Hari-hari dengan penuh kegiatan sungguh memilukan. Kepala dipenuhi dengan segala macam urusan, tugas yang begitu banyak pun terasa menyesak di otak. Dan pikiran tak pernah bisa tenang manakala memikirkan tugas tersebut, begitu banyak.

Refreshing, adalah salah satu cara yang barangkali bisa membuat hati dan pikiran tenang, sehingga kepala pun dapat merasakan suasana senyap setelah bergelut dalam recoknya kesibukan.

Jumat, 5 April 20013. Akhirnya kami para santri Pesantren Media bisa merasakan kembali segarnya dunia luar, melupakan sejenak pikiran yang tengah gaduh. Kali ini, tujuan perjalanan kami tidak jauh, yaitu sebuah danau yang kutahu bernamu Danau Cifor, dan sekitarnya. Senang juga, mendengar berita tersebut.

Pagi hari sekitar jam 8. Dua mobil mengangkut keberangkatan kami, Mobil Panther dan Mobil Avanza. Aku dan beberapa teman ikhwan lainnya berangkat dengan menaiki Mobil Panther yang dikemudikan oleh Musa, salah satu sahabatku. Dan sisanya, menggunakan Mobil Avanza yang dikemudikan oleh Ustadz Umar sendiri.

Suasana di mobil begitu panas, dan semakin panas oleh suara Taqi dan Abdullah yang tidak bisa berhenti ngoceh. Maka, untuk mengatasi hal demikian. Hawari pun berinisiatif mengadakan suatu pelombaan.

“Semuanya Diam, yang duluan ngomong, boleh di jewer atau di jitak!” Begitulah kira-kira Hawari memulai perlombaan.

Suasana pun sunyi, tak ada yang berani berusara, kecuali akhwat. Perlombaan ‘terlama diam’ ini hanya diikuti oleh ikhwan, masing-masing ikhwan berusaha mempertahankan agar tidak bersuara. Dan cara ini ternyata ampuh untuk membuat Taqi dan Abdullah diam. Lumayan lama, kami diam dalam kesunyian, hingga akhirnya Hawari bersuara saat bertanya karena tidak tahu cara mengoperasikan radio. Kepala hawari pun dihujani jitakan dari kami semua.

Segar. Kurasakan itu saat kulihat danau yang terhampar di hadapanku. Ya, kami sampai di salah satu tempat tujuan, Danau Cifor. Airnya memang tidak jernih, dan tidak terlalu dalam. Tapi, cukuplah untuk membuat pikiranku melayang ke masa lalu. Entah mengapa, danau ini begitu mengingatkanku dengan Sungai Sekayam, sungai berukuran sedang yang bermuara ke Sungai Kapuas, terletak tidak jauh dari rumahku di Sanggau (Kalbar). Sudahlah, lupakan semua itu, nampaknya aku begitu rindu dengan kampung halaman.

Kami semua bergegas, menuju salah satu tempat yang memikat. Bebek dengan ukuran sangat besar itu sungguh membuatku ingin menaikinya. Bukan bebek sungguhan, melainkan sebuah sepeda air berbentuk bebek yang muat dinaiki 2 orang, sebut saja bebek air. Tak menunggu lama, semua ikhwan langsung membanderol dan menaiki bebek air tersebut. Satu bebek, dinaiki 2 orang, dan aku naik bersama Musa.

Sensasi yang berbeda jelas kurasakan, ini pertama kalinya aku mengayuh sepeda air, berat namun bikin ketagihan. Dengan semangat, kukayuh bebek air tersebut hingga tak terasa kami sudah berada jauh dari tepi.

Sedikit bosan, akhirnya kami para ikhwan pun mengadakan perlombaan bebek air. Perlombaan ini diikuti oleh 3 bebek peserta. Bebek pertama dikendarai oleh aku dan Musa, bebek kedua dikendarai oleh Hawari dan Yusuf. Sedangkan bebek ketiga, bukan, bukan bebek, melainkan paus yang ketiga yang diduga akan menjadi saingan berat dikendarai oleh Kak Farid, Taqi dan Abdullah. Kendaraan mereka memang berbentuk paus, berbeda dari yang lain.

Semua peserta berjajar di garis start yang telah ditentukan. Dan 1..2..3.. Pertandingan pun dimulai. Nampaknya aku dan Musa sedang bernasib buruk, bebek yang kami naiki terasa lebih berat dari bebek hawari dan Kak Farid. Padahal, sekuat tenaga aku dan Musa mengayuh bebek tersebut, namun tetap saja tidak bisa mengejar 2 peserta lain yang berada di depan. Jauh, Sungguh jauh mereka meninggalkan kami. Akhirnya, Hawari dan Yusuf pun melewati garis finish yang ditandai dengan tiang bendera putih untuk yang pertama, sedangkan kelompok Kak Farid tinggal beberapa jengkal lagi, namun aku dan Musa masih sangat jauh tertinggal.

Tapi, nampaknya Allah berkehendak untuk menjadikan kami juara 2. Beberapa senti sebelum finish, paus yang dinaki Kak Farid, Abdullah dan Taqi, tiba-tiab saja malah berbalik 90 derajat, padahal mereka sudah hampir finsih. Akhirnya, dengan kondisi tersebut, Aku dan Musa pun bisa merebut posisi dua dan mencapai garis finish terlebih dahulu dari Kelompok Kak Farid

Usai sudah jalan-jalan menelusuri danau menggunakan bebek air. Kami mendarat ke tepi, memberikan kesempatan kepada santri lain yang belum menaikinya karena jumlah bebek air yang terbatas.

Dan setelah semua merasa puas, kami semua kemudian beranjak ke mobil. Sebelum melanjutkan perjalanan, Ustadz Umar meminta kami semua berbaris untuk difoto menggunakan Camera DSLR Pesantren.

Perjalanan pun dilanjutkan menuju penangkaran rusa yang berada tidak jauh dari danau Cifor. Letaknya masih berada di sekitar danau tersebut. Dan kami juga sempat melihat beberapa rumah tahan gempa, is amazing. Suasana pun semakin segar saat kami memasuki daerah yang dipenuhi dengan hutan, pepohonan yang berjajar rapi dengan daun kering yang berguguran di tanah.

Kami turun di tempat itu, sebuah penangkaran Rusa. Namun mataku lebih tertarik kepada pepohonan lebat yang berada di seberang penangkaran rusa tersebut. Maka aku dan ikhwan lainnya pun mencoba mengambil dan mengabadikan beberapa moment di tempat itu. Suasana begitu dingin, sungguh tenang kurasakan dalam pikiran.

Dan, Pikiran itu kembali. Kembali aku melewati dimensi-dimensi masa lalu. Dan tiba-tiba saja aku merasakan seperti berada di belakang rumah. Melihat pepohonan ini, pikiranku melayang begitu jauh ke pulau kalimantan, teringat pekarangan belakang rumahku yang penuh dengan pohon karet, daun kuningnya yang berguguran, lintasan cahaya matahari yang menelusup melewati celah-celah pepohonan, dan kesejukan yang terasa oleh silirnya angin . Semua suasana itu benar-benar membawaku kembali berada di rumah.

Oh tidak, lupakanlah. Lagi-lagi aku merasa begitu rindu dengan kampung halaman.

Takkan kubiarkan semua kerinduan itu datang begitu saja. Rasa rindu selalu saja membuatku lemah, menusuk setiap persendian, membuat tulang-tulang terasa sangat ngilu, darah pun terasa begitu nyeri. Racau, pikiran menjadi tidak karuan. Tapi, suasana ini terus saja mengingatkan itu semua.

Kulupakan semua itu, dan kemudian, kami berjalan lagi, menjelajahi penangkaran rusa tersebut. Tidak banyak jumlah rusa yang ada. Dan sungguh, kasihan sekali melihat kondisi rusa tersebut, kurasa kandangnya kurang mendukung. Mungkin berada di dalam kandang tersebut lebih baik daripada dibiarkan bebas di hutan dengan ancaman para pemburu yang siap kapan saja dengan alat tembaknya.

Lalu kami menuju sebuah tempat yang cukup indah. Masih di tepi Danau Cifor tersebut, angin sepoi-sepoi melengkapi keindahan ciptaan Allah ini. Dan mata pun dimanjakan oleh pepohonan yang tidak kalah indahnya dari tempat-tempat sebelumnya. Hanya saja, sangat disayangkan karena ternyata tempat tersebut menjadi ajang berbuat maksiat bagi banyak remaja. Kulihat betapa banyak remaja yang berpacaran di tempat tersebut. Miris aku melihatnya. Andai saja ada cara untuk memberitahu mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Namun keberanian yang kumiliki tidak mampu membawaku untuk mencegahnya.

Begitu banyak tempat indah yang sudah kami lewati, betapa menakjubkan, dan betapa pula kami harus menyadari akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Semuanya begitu menakjubkan, dan semuanya berhasil mengingatkanku pada sebuah tempat yang ingin sekali kukunjungi saat ini, Kampung halaman. Maka, saat itu aku berharap waktu mempercepat langkahnya menuju 3 bulan ke depan, Karena hanya Bulan Ramadhan yang dapat membawaku menuju tempat itu, Insya Allah jika Allah menghendaki dan masih memberi umur.

Perjalanan belum selesai, setelah kunjungan di sekitar Danau Cifor, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjugi IPB Dramaga. Tujuan kami bukan untuk mendaftar menjadi siswa baru, namun hanya ingin membeli susu sapi dan yoghurt yang dijual di sana. Meski, aku tidak ikut membeli, setidaknya ini menjadi pengalamanku melaksanakan Sholat Jumat di Masjid yang ada di Kampus IPB Dramaga tersebut.

Dan, akhirnya. Setelah Sholat Jumat dan makan siang, kami menagkhiri rekreasi kali ini. Alhamdulillah, semua berjalan sesuai keinginan, pikiran kini kembali tenang, meski kaki masih terasa pegal akibat mengayuh bebek air tersebut.

Terima Kasih buat Pesantren Media yang telah mau mengadakan agenda perjalanan rutin. Insya Allah ini berguna untuk menyegarkan pikiran di tengah kesibukan yang ada.

Bulan depan kemana lagi ya?

Rekreasi Kerinduan



Catatan Perjalanan ke Situ gede

Pusing. Hari-hari dengan penuh kegiatan sungguh memilukan. Kepala dipenuhi dengan segala macam urusan, tugas yang begitu banyak pun terasa menyesak di otak. Dan pikiran tak pernah bisa tenang manakala memikirkan tugas tersebut, begitu banyak.

Refreshing, adalah salah satu cara yang barangkali bisa membuat hati dan pikiran tenang, sehingga kepala pun dapat merasakan suasana senyap setelah bergelut dalam recoknya kesibukan.

Jumat, 5 April 20013. Akhirnya kami para santri Pesantren Media bisa merasakan kembali segarnya dunia luar, melupakan sejenak pikiran yang tengah gaduh. Kali ini, tujuan perjalanan kami tidak jauh, yaitu sebuah danau yang kutahu bernamu Danau Cifor, dan sekitarnya. Senang juga, mendengar berita tersebut.

Pagi hari sekitar jam 8. Dua mobil mengangkut keberangkatan kami, Mobil Panther dan Mobil Avanza. Aku dan beberapa teman ikhwan lainnya berangkat dengan menaiki Mobil Panther yang dikemudikan oleh Musa, salah satu sahabatku. Dan sisanya, menggunakan Mobil Avanza yang dikemudikan oleh Ustadz Umar sendiri.

Suasana di mobil begitu panas, dan semakin panas oleh suara Taqi dan Abdullah yang tidak bisa berhenti ngoceh. Maka, untuk mengatasi hal demikian. Hawari pun berinisiatif mengadakan suatu pelombaan.

“Semuanya Diam, yang duluan ngomong, boleh di jewer atau di jitak!” Begitulah kira-kira Hawari memulai perlombaan.

Suasana pun sunyi, tak ada yang berani berusara, kecuali akhwat. Perlombaan ‘terlama diam’ ini hanya diikuti oleh ikhwan, masing-masing ikhwan berusaha mempertahankan agar tidak bersuara. Dan cara ini ternyata ampuh untuk membuat Taqi dan Abdullah diam. Lumayan lama, kami diam dalam kesunyian, hingga akhirnya Hawari bersuara saat bertanya karena tidak tahu cara mengoperasikan radio. Kepala hawari pun dihujani jitakan dari kami semua.

Segar. Kurasakan itu saat kulihat danau yang terhampar di hadapanku. Ya, kami sampai di salah satu tempat tujuan, Danau Cifor. Airnya memang tidak jernih, dan tidak terlalu dalam. Tapi, cukuplah untuk membuat pikiranku melayang ke masa lalu. Entah mengapa, danau ini begitu mengingatkanku dengan Sungai Sekayam, sungai berukuran sedang yang bermuara ke Sungai Kapuas, terletak tidak jauh dari rumahku di Sanggau (Kalbar). Sudahlah, lupakan semua itu, nampaknya aku begitu rindu dengan kampung halaman.

Kami semua bergegas, menuju salah satu tempat yang memikat. Bebek dengan ukuran sangat besar itu sungguh membuatku ingin menaikinya. Bukan bebek sungguhan, melainkan sebuah sepeda air berbentuk bebek yang muat dinaiki 2 orang, sebut saja bebek air. Tak menunggu lama, semua ikhwan langsung membanderol dan menaiki bebek air tersebut. Satu bebek, dinaiki 2 orang, dan aku naik bersama Musa.

Sensasi yang berbeda jelas kurasakan, ini pertama kalinya aku mengayuh sepeda air, berat namun bikin ketagihan. Dengan semangat, kukayuh bebek air tersebut hingga tak terasa kami sudah berada jauh dari tepi.

Sedikit bosan, akhirnya kami para ikhwan pun mengadakan perlombaan bebek air. Perlombaan ini diikuti oleh 3 bebek peserta. Bebek pertama dikendarai oleh aku dan Musa, bebek kedua dikendarai oleh Hawari dan Yusuf. Sedangkan bebek ketiga, bukan, bukan bebek, melainkan paus yang ketiga yang diduga akan menjadi saingan berat dikendarai oleh Kak Farid, Taqi dan Abdullah. Kendaraan mereka memang berbentuk paus, berbeda dari yang lain.

Semua peserta berjajar di garis start yang telah ditentukan. Dan 1..2..3.. Pertandingan pun dimulai. Nampaknya aku dan Musa sedang bernasib buruk, bebek yang kami naiki terasa lebih berat dari bebek hawari dan Kak Farid. Padahal, sekuat tenaga aku dan Musa mengayuh bebek tersebut, namun tetap saja tidak bisa mengejar 2 peserta lain yang berada di depan. Jauh, Sungguh jauh mereka meninggalkan kami. Akhirnya, Hawari dan Yusuf pun melewati garis finish yang ditandai dengan tiang bendera putih untuk yang pertama, sedangkan kelompok Kak Farid tinggal beberapa jengkal lagi, namun aku dan Musa masih sangat jauh tertinggal.

Tapi, nampaknya Allah berkehendak untuk menjadikan kami juara 2. Beberapa senti sebelum finish, paus yang dinaki Kak Farid, Abdullah dan Taqi, tiba-tiab saja malah berbalik 90 derajat, padahal mereka sudah hampir finsih. Akhirnya, dengan kondisi tersebut, Aku dan Musa pun bisa merebut posisi dua dan mencapai garis finish terlebih dahulu dari Kelompok Kak Farid

Usai sudah jalan-jalan menelusuri danau menggunakan bebek air. Kami mendarat ke tepi, memberikan kesempatan kepada santri lain yang belum menaikinya karena jumlah bebek air yang terbatas.

Dan setelah semua merasa puas, kami semua kemudian beranjak ke mobil. Sebelum melanjutkan perjalanan, Ustadz Umar meminta kami semua berbaris untuk difoto menggunakan Camera DSLR Pesantren.

Perjalanan pun dilanjutkan menuju penangkaran rusa yang berada tidak jauh dari danau Cifor. Letaknya masih berada di sekitar danau tersebut. Dan kami juga sempat melihat beberapa rumah tahan gempa, is amazing. Suasana pun semakin segar saat kami memasuki daerah yang dipenuhi dengan hutan, pepohonan yang berjajar rapi dengan daun kering yang berguguran di tanah.

Kami turun di tempat itu, sebuah penangkaran Rusa. Namun mataku lebih tertarik kepada pepohonan lebat yang berada di seberang penangkaran rusa tersebut. Maka aku dan ikhwan lainnya pun mencoba mengambil dan mengabadikan beberapa moment di tempat itu. Suasana begitu dingin, sungguh tenang kurasakan dalam pikiran.

Dan, Pikiran itu kembali. Kembali aku melewati dimensi-dimensi masa lalu. Dan tiba-tiba saja aku merasakan seperti berada di belakang rumah. Melihat pepohonan ini, pikiranku melayang begitu jauh ke pulau kalimantan, teringat pekarangan belakang rumahku yang penuh dengan pohon karet, daun kuningnya yang berguguran, lintasan cahaya matahari yang menelusup melewati celah-celah pepohonan, dan kesejukan yang terasa oleh silirnya angin . Semua suasana itu benar-benar membawaku kembali berada di rumah.

Oh tidak, lupakanlah. Lagi-lagi aku merasa begitu rindu dengan kampung halaman.

Takkan kubiarkan semua kerinduan itu datang begitu saja. Rasa rindu selalu saja membuatku lemah, menusuk setiap persendian, membuat tulang-tulang terasa sangat ngilu, darah pun terasa begitu nyeri. Racau, pikiran menjadi tidak karuan. Tapi, suasana ini terus saja mengingatkan itu semua.

Kulupakan semua itu, dan kemudian, kami berjalan lagi, menjelajahi penangkaran rusa tersebut. Tidak banyak jumlah rusa yang ada. Dan sungguh, kasihan sekali melihat kondisi rusa tersebut, kurasa kandangnya kurang mendukung. Mungkin berada di dalam kandang tersebut lebih baik daripada dibiarkan bebas di hutan dengan ancaman para pemburu yang siap kapan saja dengan alat tembaknya.

Lalu kami menuju sebuah tempat yang cukup indah. Masih di tepi Danau Cifor tersebut, angin sepoi-sepoi melengkapi keindahan ciptaan Allah ini. Dan mata pun dimanjakan oleh pepohonan yang tidak kalah indahnya dari tempat-tempat sebelumnya. Hanya saja, sangat disayangkan karena ternyata tempat tersebut menjadi ajang berbuat maksiat bagi banyak remaja. Kulihat betapa banyak remaja yang berpacaran di tempat tersebut. Miris aku melihatnya. Andai saja ada cara untuk memberitahu mereka bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah. Namun keberanian yang kumiliki tidak mampu membawaku untuk mencegahnya.

Begitu banyak tempat indah yang sudah kami lewati, betapa menakjubkan, dan betapa pula kami harus menyadari akan kekuasaan Allah yang tidak terbatas. Semuanya begitu menakjubkan, dan semuanya berhasil mengingatkanku pada sebuah tempat yang ingin sekali kukunjungi saat ini, Kampung halaman. Maka, saat itu aku berharap waktu mempercepat langkahnya menuju 3 bulan ke depan, Karena hanya Bulan Ramadhan yang dapat membawaku menuju tempat itu, Insya Allah jika Allah menghendaki dan masih memberi umur.

Perjalanan belum selesai, setelah kunjungan di sekitar Danau Cifor, kami melanjutkan perjalanan untuk mengunjugi IPB Dramaga. Tujuan kami bukan untuk mendaftar menjadi siswa baru, namun hanya ingin membeli susu sapi dan yoghurt yang dijual di sana. Meski, aku tidak ikut membeli, setidaknya ini menjadi pengalamanku melaksanakan Sholat Jumat di Masjid yang ada di Kampus IPB Dramaga tersebut.

Dan, akhirnya. Setelah Sholat Jumat dan makan siang, kami menagkhiri rekreasi kali ini. Alhamdulillah, semua berjalan sesuai keinginan, pikiran kini kembali tenang, meski kaki masih terasa pegal akibat mengayuh bebek air tersebut.

Terima Kasih buat Pesantren Media yang telah mau mengadakan agenda perjalanan rutin. Insya Allah ini berguna untuk menyegarkan pikiran di tengah kesibukan yang ada.

Bulan depan kemana lagi ya?
Maret hingga Juni. Merupakan bulan-bulan sibuk bagi mereka yang akan menghadapi ujian kelulusan, termasuk aku. Akhir-akhir ini kami sedang disibukkan dengan berbagai macam ujian praktek. Aku sebagai murid yang normal tentunya merasa takut, takut jika nanti sampai tidak lulus. Untuk mencegah hal itu sampai terjadi, aku terpaksa harus rajin belajar dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamaku, yaitu bermalas-malasan.

Di sekolah, aku memang dikenal murid yang pandai, selalu juara umum. Setiap kali ada guru yang marah kepada murid yang lain, biasanya selalu menyebut namaku di akhir, tentunya sebagai contoh cara belajar yang baik. Aku tentu bangga dengan predikat tersebut. Namun, apa yang dikatakan guruku itu bisa dikatakan fitnah, mereka bahkan tidak pernah tahu, bahwa aku sebanarnya tidak pernah belajar, seperti yang mereka bicarakan.

Bakat pintarku ini bisa dikatakan bakat alami. Bakat yang tiba-tiba datang, tanpa harus melakukan usaha keras. Terkadang aku sendiri merasa heran, bagaimana mungkin aku bisa menjadi yang terbaik di kelas, sedangkan aku jarang membuka buku pelajaran di rumah. Bagaimana mungkin aku selalu juara umum, padahal aku jarang tidur lebih malam untuk sekedar membaca kembali materi yang sudah dipelajari. Aku tidak pernah menatap buku lebih dari 5 menit, aku tidak pernah betah membaca buku, bahkan aku tidak memiliki jam belajar yang teratur. Terkadang hidup memang terasa sangat mudah.

Namun, menjadi pintar belum cukup membuat aku tenang menghadapi ujian nanti. Aku selalu merasa takut jika saja sampai gagal menghadapi ujian praktek. Bisa saja, Allah dengan kehendakanya membuat aku tidak lulus, karena aku selalu percaya, semua kepintaran yang kumiliki ini milik Allah. Sungguh, Allah sudah terlalu baik kepadaku, memberikan kepintaran kepadaku yang hampir tak melakukan usaha.

“Sst, ngelamunin apa, hayoo?” Faris, dengan sedikit menaikkan kedua alisnya itu memecah lamunanku.

“Nggak, lagi mikirin umat.” Jawabku dengan nada canda.

“Sok peduli kamu, teman aja ditelantarin, pake mikirin umat lagi.” Faris menjawab dengan sedikit meledekku.

Faris adalah salah satu sahabatku, ia adalah temanku yang paling dekat, tentu saja, karena ia duduk di sebelahku. Meskipun orangnya asyik, namun kebiasaannya yang suka mencontek kerap kali membuatku marah. Aku tidak pernah menyontek, oleh karena itu, aku benci sekali dengan teman yang suka menyontek.

“Ssst, udah udah, Bu Sun sudah datang tuh.” Faris membenarkan posisi duduknya, berkata dengan suara lirih, seperti berbisik, matanya melirik ke arah guru yang baru saja masuk ke dalam kelas kami.

Semua siswa langsung duduk pada tempatnya masing-masing, setelah tadi berkeliaran ke kursi-kursi tetangga. “Pagi Bu.” Semua serentak menyapa Bu Sun, Guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak tersebut.

“Faris…..!!” Bu Sun melontarkan nama itu dengan nada tinggi, sedikit berteriak layaknya orang yang sedang marah. Baru saja guru itu masuk, sebuah belati telah menyayat satu nama diantara kami. Tentu saja itu sebuah kiasan, tapi Bu Sun benar-benar terlihat marah.

Merasa namanya disebut, Faris heran. ‘Apa yang salah, kenapa Bu Sun marah denganku’. Mungkin itulah yang sedang ada di pikiran temanku itu.

“Kenapa kamu memasang topi terbalik? Mau mengejek saya ya?!” Guru galak itu bertanya, sambil mengutarakan kesalahan yang telah dilakukan Faris.

Ternyata, saking asyiknya Faris ngobrol denganku tadi, ia sampai lupa melepas topinya setelah upacara pagi tadi, parahnya lagi topi itu terpasang terbalik di kepalanya. Bu Sun benar-benar sensi, hanya hal seperti itu saja menjadi alasan untuk memarahi kami.

Hanya satu kesalahan yang dilakukan Faris tersebut, kelas menjadi lebih membosankan, mendengarkan celotehan amarah dan ceramah dari Bu Sun. Satu jam lebih kami diceramahi olehnya, dengan satu kesimpulan akhir, bahwa minggu depan akan diadakan Ujian Praktek Bahasa Indonesia.

“Haah!” Hampir semua siswa serentak mengatakan satu ‘kata’ yang berstruktur 2 huruf itu.

“Ujiannya, dengan berpidato di depan kelas.” Tambah Bu Sun dengan raut wajah yang masih menyimpan marah.

“Haah!” Kali ini, semua siswa benar-benar serentak mengatakan ‘kata’ itu.

“Belum selesai, Tema pidatonya akan ditentukan dengan cara diundi.” Suaranya benar-benar tinggi saat mengatakan susuanan kalimat mengerikan itu. "Itu artinya, kalian semua harus mempersiapkan dan menguasai tema apa saja yang akan kalian terima nanti, semua harus siap.” Semakin ke akhir, nadanya semakin tinggi. Hingga pada kata ‘siap’, suaranya hampir melewati 3 oktaf.

Ini benar-benar mimpi buruk, bagaimana mungkin aku dapat lulus ujian pidato tersebut, sedangkan semua tentu tahu, aku paling tidak bisa kalau ngomong di depan umum, walau hanya di depan teman-teman. Dan Buruknya lagi, tema-nya akan ditentukan dengan undian. Oh tidak, aku benar-benar berharap ini semua hanya mimpi.

ooOoo

2 Hari setelah pengumuman mengerikan itu, aku tak merasa itu semua mimpi. Akhirnya aku menerima kenyataan itu dengan pahit plus getir, ujian pidato itu benar-benar nyata dikatakan oleh Bu Sun. Kini yang harus kulakukan bukanlah mengutuk guru tersebut, tapi harus benar-benar mempersiapkan ujian praktek itu dengan matang.

Aku harus mempersiapkan banyak materi, aku harus banyak menguasai pengetahuan, aku harus memperluas wawasan, aku harus benar-benar menyediakan waktu belajar, dan yang paling penting, aku harus minta kepada Allah. Tak akan kubiarkan Ujian Praktek Bahasa Indonesia ini gagal kulewati.

Tak hanya belajar, di sepertiga malam, aku selalu mengusahakan bangun, menyegarkan badan dengan mandi, dan menyucikan diri dengan wudhu untuk memperoleh kedamaian Sholat Malam, kedamaian hati yang tak terkalahkan. Dan di saat seperti ini, aku selalu merasa berdosa. Berdosa, karena aku hanya merasa dekat kepada-Nya jika sedang membutuhkan saja, baru kusadari atas kesalahan itu, maka kuputuskan untuk merubahnya.

Aku benar-benar merasa tidak pantas lagi meminta kepada-Nya. Namun, di sunyi malam itu, kulantunkan satu permintaanku.

Ya Allah. Engkaulah maha pemberi, engkau yang selalu memberiku kemudahan, meski aku jarang mensyukurinya. Kali ini, berilah petunjukmu lagi kepadaku, berilah kemudahan kepadaku dalam menghadapi ujian, kuserahkan semuanya kepada-Mu Ya Allah. Amiin…

Dalam, doa singkat itu. Aku selalu merasa lebih tenang, damai dan sejuk hati ini. Setiap malam, tak pernah lupa kulantunkan permintaanku itu untuk melengkapi sholat malamku.

Dan siang hari, kuusahakan untuk banyak membaca, begitu serius aku mempersiapkan ujian pidato ini, karena aku tahu, aku bukanlah orang yang memiliki seribu kata. Selalu tak bisa berkata-kata di depan umum.

Aku terus membaca, kali ini aku membaca mengenai teknologi, siapa tahu saat aku maju nanti aku mendapat tema mengenai teknologi. Tak hanya membaca, aku berusaha menghafal bebrapa kosakata menarik dalam berpidato, aku menghafal sedikit isi materinya, dan aku juga menghafal bagaimana cara membuka sebuah pidato.

2 hari sebelum hari H, aku masih berusaha membaca, memperbanyak wawasan. Namun, setiap kali membaca, aku selalu hanya tertarik pada materi yang berkaitan dengan teknologi, padahal ada banyak materi yang harus aku kuasai. Dalam teori matematika, kita tentu mengenal teori peluang, maka peluang keluarnya tema teknologi hanyalah satu berbanding puluhan tema yang akan diundi.

Tinggal satu hari, tak ada materi lain yang kubaca selain teknologi. Mataku selalu tertuju pada materi tersebut. Aku hampir menyerah, ujian semakin dekat, sedangkan aku belum bisa menguasai banyak materi.

Di Malam terakhirnku, aku tidak meninggalkan Sholat Malam. Satu doa terakhirku.

Ya Allah, hanya Engkau yang maha pemberi. Tolonglah aku dalam menghadapi ujian pidato besok Ya Allah.

ooOoo

Ujian itu akan segera dimulai. Semua siswa merasakan hal yang sama denganku, gugup, gemetar dan tidak karuan, kecuali Dea, ia pernah menjadi juara pidato tingkat provinsi mewakili sekolah kami. Seharunya ini hal yang mudah baginya.

Langkah Bu Sun kali ini terdengar jauh lebih mengerikan. Jantungku berdetak semakin kencang, tidak karuan, melewati batas stabil. Tegang sekali saat mendengar langkah kakinya mendekati kelas kami.

“Kamu sudah siap belum?” Tanya Faris, beberapa saat sebelum satu langkah mengerikan masuk ke dalam kelas.

Aku hanya diam, tidak merespon pertanyaan temanku itu. Pikiranku lebih sibuk memikirkan masa depan, apa yang akan terjadi nanti. Yang pasti, satu diantara dua hal akan terjadi, Berhasil atau gagal. Tak ada rasa optimis yang kurasakan, tak ada pula rasa tenang, yang ada hanyalah ketakutan akan kegagalan.

Namun, di lain sisi, aku terus berusaha meyakinkan diri, bahwa Allah selalu ada di samping kita. Ia pasti akan mengabulkan doaku.

“Baik, ujian ini langsung saja kita mulai. Siapa yang lebih dulu maju, akan ditentukan melalui undian.” Tanpa basa-basi Bu Sun langsung memberi pengarahan terkait ujian pidato tersebut.

Di atas meja Bu Sun, ada dua buah keleng bekas ‘cocacolla’. Aku tahu, di dalam kaleng yang pertama berisi banyak nama untuk menentukan siapa yang lebih dulu maju. Di kaleng kedua, berisi kertas bertuliskan bermacam-macam tema yang harus disampaikan oleh kami.

Giliran pertama. Keleng pertama dikocok, sehelai kertas keluar, bertuliskan satu buah nama diantara kami. Semua berdebar, ini tentunya momen paling mendebarkan bagi kami semua.

“Yandi!” Tegas Bu Sun membaca satu nama yang keluar dari kaleng bekas cocacolla tersebut. Lega rasanya, bukan aku yang pertama.

Kaleng kedua dikocok, kaleng yang menentukan tema pidato yang harus disampaikan, kali ini yang berdebar hanyalah Yandi. Penasaran sekaligus takut. Dan, sebuah tulisan keluar, “kesehatan”. Itulah tema yang harus Yandi sampaikan. Tanpa dikomandoi, Yandi maju ke depan kelas, kulihat langkahnya begitu ragu, namun wajahnya tetap terlihat santai.

Aku semakin gugup, semakin bergetar. Penampilan Yandi barusan cukup bagus, membuatku sedikit merasa minder. Ujian terus berlangsung, tak terasa sudah lama aku menanti, tapi aku belum juga mendapat giliran. Jumlah kami 28, kini sudah penampilan temanku yang ke 19. Faris dan beberapa teman dekatku lainnya sudah sukses, mereka terlihat lega, namun aku belum.

Sambil menunggu, aku tetap mempelajari, menambah wawasan dan materi sambil terus bedoa dalam hati. Lagi-lagi aku hanya membaca buku bagian teknologi, padahal aku membawa banyak buku lain. Dan kali ini, aku hanya berharap, yang keluar nanti adalah tema mengenai teknologi, hanya itu yang kukuasai, hanya itu harapanku.

Oh tidak. Tak terasa, tinggal aku dan Niko yang tersisa, aku masih belum bisa merasa tenang seperti teman-teman yang lain, yang sudah bisa bernafas lega. Tinggal dua nama lagi yang ada di dalam kaleng tersebut. Aku semakin bergetar, gugup, semakin tidak karuan.

“Fajar!” Panggil Bu Sun. Itu namaku, kini giliranku. Sebelum guru ‘galak’ itu menyebut namaku kedua kalinya, aku berjalan ke depan kelas, melangkah dengan tetap berusaha tenang, tapi hatiku tetap berdoa, “Ya Allah, berikan keajaibanm, aku ingin tema mengenai teknologi, hanya itu yang aku kuasai Ya Allah.”

Kaleng cocacolla tersebut bergoyang-goyang di tangan Bu Sun, aku masih terus berdoa. Dan satu helas kertas keluar. Dengan bergetar, Kubuka gulungan kecil kertas itu. Kulihat perlahan.

Huruf T di depan, “Semoga saja,” Ucapku lirih.

Kemudian huruf E. “Ayolah,” batinku berkata.

Dan kubuka lebih lebar. ‘Teknologi’. “Alhamdulillah”, sedikit tidak percaya.

Ini nyata, aku benar-benar tak percaya, satu kata yang kuharapkan benar-benar nyata di depan mata. Aku masih berdiri, kali ini aku semakin yakin. Sebelum aku mulai merangkaikan kata-kata, aku tersenyum melihat hiasan di dinding belakang kelasku yang bertuliskan ‘Allah’. Aku bergumam dalam hati, “Engkau memang Pengabul Doa.”



20 Maret 2013

Bogor

Sang Pengabul Doa (cerpen)

Maret hingga Juni. Merupakan bulan-bulan sibuk bagi mereka yang akan menghadapi ujian kelulusan, termasuk aku. Akhir-akhir ini kami sedang disibukkan dengan berbagai macam ujian praktek. Aku sebagai murid yang normal tentunya merasa takut, takut jika nanti sampai tidak lulus. Untuk mencegah hal itu sampai terjadi, aku terpaksa harus rajin belajar dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lamaku, yaitu bermalas-malasan.

Di sekolah, aku memang dikenal murid yang pandai, selalu juara umum. Setiap kali ada guru yang marah kepada murid yang lain, biasanya selalu menyebut namaku di akhir, tentunya sebagai contoh cara belajar yang baik. Aku tentu bangga dengan predikat tersebut. Namun, apa yang dikatakan guruku itu bisa dikatakan fitnah, mereka bahkan tidak pernah tahu, bahwa aku sebanarnya tidak pernah belajar, seperti yang mereka bicarakan.

Bakat pintarku ini bisa dikatakan bakat alami. Bakat yang tiba-tiba datang, tanpa harus melakukan usaha keras. Terkadang aku sendiri merasa heran, bagaimana mungkin aku bisa menjadi yang terbaik di kelas, sedangkan aku jarang membuka buku pelajaran di rumah. Bagaimana mungkin aku selalu juara umum, padahal aku jarang tidur lebih malam untuk sekedar membaca kembali materi yang sudah dipelajari. Aku tidak pernah menatap buku lebih dari 5 menit, aku tidak pernah betah membaca buku, bahkan aku tidak memiliki jam belajar yang teratur. Terkadang hidup memang terasa sangat mudah.

Namun, menjadi pintar belum cukup membuat aku tenang menghadapi ujian nanti. Aku selalu merasa takut jika saja sampai gagal menghadapi ujian praktek. Bisa saja, Allah dengan kehendakanya membuat aku tidak lulus, karena aku selalu percaya, semua kepintaran yang kumiliki ini milik Allah. Sungguh, Allah sudah terlalu baik kepadaku, memberikan kepintaran kepadaku yang hampir tak melakukan usaha.

“Sst, ngelamunin apa, hayoo?” Faris, dengan sedikit menaikkan kedua alisnya itu memecah lamunanku.

“Nggak, lagi mikirin umat.” Jawabku dengan nada canda.

“Sok peduli kamu, teman aja ditelantarin, pake mikirin umat lagi.” Faris menjawab dengan sedikit meledekku.

Faris adalah salah satu sahabatku, ia adalah temanku yang paling dekat, tentu saja, karena ia duduk di sebelahku. Meskipun orangnya asyik, namun kebiasaannya yang suka mencontek kerap kali membuatku marah. Aku tidak pernah menyontek, oleh karena itu, aku benci sekali dengan teman yang suka menyontek.

“Ssst, udah udah, Bu Sun sudah datang tuh.” Faris membenarkan posisi duduknya, berkata dengan suara lirih, seperti berbisik, matanya melirik ke arah guru yang baru saja masuk ke dalam kelas kami.

Semua siswa langsung duduk pada tempatnya masing-masing, setelah tadi berkeliaran ke kursi-kursi tetangga. “Pagi Bu.” Semua serentak menyapa Bu Sun, Guru Bahasa Indonesia yang terkenal galak tersebut.

“Faris…..!!” Bu Sun melontarkan nama itu dengan nada tinggi, sedikit berteriak layaknya orang yang sedang marah. Baru saja guru itu masuk, sebuah belati telah menyayat satu nama diantara kami. Tentu saja itu sebuah kiasan, tapi Bu Sun benar-benar terlihat marah.

Merasa namanya disebut, Faris heran. ‘Apa yang salah, kenapa Bu Sun marah denganku’. Mungkin itulah yang sedang ada di pikiran temanku itu.

“Kenapa kamu memasang topi terbalik? Mau mengejek saya ya?!” Guru galak itu bertanya, sambil mengutarakan kesalahan yang telah dilakukan Faris.

Ternyata, saking asyiknya Faris ngobrol denganku tadi, ia sampai lupa melepas topinya setelah upacara pagi tadi, parahnya lagi topi itu terpasang terbalik di kepalanya. Bu Sun benar-benar sensi, hanya hal seperti itu saja menjadi alasan untuk memarahi kami.

Hanya satu kesalahan yang dilakukan Faris tersebut, kelas menjadi lebih membosankan, mendengarkan celotehan amarah dan ceramah dari Bu Sun. Satu jam lebih kami diceramahi olehnya, dengan satu kesimpulan akhir, bahwa minggu depan akan diadakan Ujian Praktek Bahasa Indonesia.

“Haah!” Hampir semua siswa serentak mengatakan satu ‘kata’ yang berstruktur 2 huruf itu.

“Ujiannya, dengan berpidato di depan kelas.” Tambah Bu Sun dengan raut wajah yang masih menyimpan marah.

“Haah!” Kali ini, semua siswa benar-benar serentak mengatakan ‘kata’ itu.

“Belum selesai, Tema pidatonya akan ditentukan dengan cara diundi.” Suaranya benar-benar tinggi saat mengatakan susuanan kalimat mengerikan itu. "Itu artinya, kalian semua harus mempersiapkan dan menguasai tema apa saja yang akan kalian terima nanti, semua harus siap.” Semakin ke akhir, nadanya semakin tinggi. Hingga pada kata ‘siap’, suaranya hampir melewati 3 oktaf.

Ini benar-benar mimpi buruk, bagaimana mungkin aku dapat lulus ujian pidato tersebut, sedangkan semua tentu tahu, aku paling tidak bisa kalau ngomong di depan umum, walau hanya di depan teman-teman. Dan Buruknya lagi, tema-nya akan ditentukan dengan undian. Oh tidak, aku benar-benar berharap ini semua hanya mimpi.

ooOoo

2 Hari setelah pengumuman mengerikan itu, aku tak merasa itu semua mimpi. Akhirnya aku menerima kenyataan itu dengan pahit plus getir, ujian pidato itu benar-benar nyata dikatakan oleh Bu Sun. Kini yang harus kulakukan bukanlah mengutuk guru tersebut, tapi harus benar-benar mempersiapkan ujian praktek itu dengan matang.

Aku harus mempersiapkan banyak materi, aku harus banyak menguasai pengetahuan, aku harus memperluas wawasan, aku harus benar-benar menyediakan waktu belajar, dan yang paling penting, aku harus minta kepada Allah. Tak akan kubiarkan Ujian Praktek Bahasa Indonesia ini gagal kulewati.

Tak hanya belajar, di sepertiga malam, aku selalu mengusahakan bangun, menyegarkan badan dengan mandi, dan menyucikan diri dengan wudhu untuk memperoleh kedamaian Sholat Malam, kedamaian hati yang tak terkalahkan. Dan di saat seperti ini, aku selalu merasa berdosa. Berdosa, karena aku hanya merasa dekat kepada-Nya jika sedang membutuhkan saja, baru kusadari atas kesalahan itu, maka kuputuskan untuk merubahnya.

Aku benar-benar merasa tidak pantas lagi meminta kepada-Nya. Namun, di sunyi malam itu, kulantunkan satu permintaanku.

Ya Allah. Engkaulah maha pemberi, engkau yang selalu memberiku kemudahan, meski aku jarang mensyukurinya. Kali ini, berilah petunjukmu lagi kepadaku, berilah kemudahan kepadaku dalam menghadapi ujian, kuserahkan semuanya kepada-Mu Ya Allah. Amiin…

Dalam, doa singkat itu. Aku selalu merasa lebih tenang, damai dan sejuk hati ini. Setiap malam, tak pernah lupa kulantunkan permintaanku itu untuk melengkapi sholat malamku.

Dan siang hari, kuusahakan untuk banyak membaca, begitu serius aku mempersiapkan ujian pidato ini, karena aku tahu, aku bukanlah orang yang memiliki seribu kata. Selalu tak bisa berkata-kata di depan umum.

Aku terus membaca, kali ini aku membaca mengenai teknologi, siapa tahu saat aku maju nanti aku mendapat tema mengenai teknologi. Tak hanya membaca, aku berusaha menghafal bebrapa kosakata menarik dalam berpidato, aku menghafal sedikit isi materinya, dan aku juga menghafal bagaimana cara membuka sebuah pidato.

2 hari sebelum hari H, aku masih berusaha membaca, memperbanyak wawasan. Namun, setiap kali membaca, aku selalu hanya tertarik pada materi yang berkaitan dengan teknologi, padahal ada banyak materi yang harus aku kuasai. Dalam teori matematika, kita tentu mengenal teori peluang, maka peluang keluarnya tema teknologi hanyalah satu berbanding puluhan tema yang akan diundi.

Tinggal satu hari, tak ada materi lain yang kubaca selain teknologi. Mataku selalu tertuju pada materi tersebut. Aku hampir menyerah, ujian semakin dekat, sedangkan aku belum bisa menguasai banyak materi.

Di Malam terakhirnku, aku tidak meninggalkan Sholat Malam. Satu doa terakhirku.

Ya Allah, hanya Engkau yang maha pemberi. Tolonglah aku dalam menghadapi ujian pidato besok Ya Allah.

ooOoo

Ujian itu akan segera dimulai. Semua siswa merasakan hal yang sama denganku, gugup, gemetar dan tidak karuan, kecuali Dea, ia pernah menjadi juara pidato tingkat provinsi mewakili sekolah kami. Seharunya ini hal yang mudah baginya.

Langkah Bu Sun kali ini terdengar jauh lebih mengerikan. Jantungku berdetak semakin kencang, tidak karuan, melewati batas stabil. Tegang sekali saat mendengar langkah kakinya mendekati kelas kami.

“Kamu sudah siap belum?” Tanya Faris, beberapa saat sebelum satu langkah mengerikan masuk ke dalam kelas.

Aku hanya diam, tidak merespon pertanyaan temanku itu. Pikiranku lebih sibuk memikirkan masa depan, apa yang akan terjadi nanti. Yang pasti, satu diantara dua hal akan terjadi, Berhasil atau gagal. Tak ada rasa optimis yang kurasakan, tak ada pula rasa tenang, yang ada hanyalah ketakutan akan kegagalan.

Namun, di lain sisi, aku terus berusaha meyakinkan diri, bahwa Allah selalu ada di samping kita. Ia pasti akan mengabulkan doaku.

“Baik, ujian ini langsung saja kita mulai. Siapa yang lebih dulu maju, akan ditentukan melalui undian.” Tanpa basa-basi Bu Sun langsung memberi pengarahan terkait ujian pidato tersebut.

Di atas meja Bu Sun, ada dua buah keleng bekas ‘cocacolla’. Aku tahu, di dalam kaleng yang pertama berisi banyak nama untuk menentukan siapa yang lebih dulu maju. Di kaleng kedua, berisi kertas bertuliskan bermacam-macam tema yang harus disampaikan oleh kami.

Giliran pertama. Keleng pertama dikocok, sehelai kertas keluar, bertuliskan satu buah nama diantara kami. Semua berdebar, ini tentunya momen paling mendebarkan bagi kami semua.

“Yandi!” Tegas Bu Sun membaca satu nama yang keluar dari kaleng bekas cocacolla tersebut. Lega rasanya, bukan aku yang pertama.

Kaleng kedua dikocok, kaleng yang menentukan tema pidato yang harus disampaikan, kali ini yang berdebar hanyalah Yandi. Penasaran sekaligus takut. Dan, sebuah tulisan keluar, “kesehatan”. Itulah tema yang harus Yandi sampaikan. Tanpa dikomandoi, Yandi maju ke depan kelas, kulihat langkahnya begitu ragu, namun wajahnya tetap terlihat santai.

Aku semakin gugup, semakin bergetar. Penampilan Yandi barusan cukup bagus, membuatku sedikit merasa minder. Ujian terus berlangsung, tak terasa sudah lama aku menanti, tapi aku belum juga mendapat giliran. Jumlah kami 28, kini sudah penampilan temanku yang ke 19. Faris dan beberapa teman dekatku lainnya sudah sukses, mereka terlihat lega, namun aku belum.

Sambil menunggu, aku tetap mempelajari, menambah wawasan dan materi sambil terus bedoa dalam hati. Lagi-lagi aku hanya membaca buku bagian teknologi, padahal aku membawa banyak buku lain. Dan kali ini, aku hanya berharap, yang keluar nanti adalah tema mengenai teknologi, hanya itu yang kukuasai, hanya itu harapanku.

Oh tidak. Tak terasa, tinggal aku dan Niko yang tersisa, aku masih belum bisa merasa tenang seperti teman-teman yang lain, yang sudah bisa bernafas lega. Tinggal dua nama lagi yang ada di dalam kaleng tersebut. Aku semakin bergetar, gugup, semakin tidak karuan.

“Fajar!” Panggil Bu Sun. Itu namaku, kini giliranku. Sebelum guru ‘galak’ itu menyebut namaku kedua kalinya, aku berjalan ke depan kelas, melangkah dengan tetap berusaha tenang, tapi hatiku tetap berdoa, “Ya Allah, berikan keajaibanm, aku ingin tema mengenai teknologi, hanya itu yang aku kuasai Ya Allah.”

Kaleng cocacolla tersebut bergoyang-goyang di tangan Bu Sun, aku masih terus berdoa. Dan satu helas kertas keluar. Dengan bergetar, Kubuka gulungan kecil kertas itu. Kulihat perlahan.

Huruf T di depan, “Semoga saja,” Ucapku lirih.

Kemudian huruf E. “Ayolah,” batinku berkata.

Dan kubuka lebih lebar. ‘Teknologi’. “Alhamdulillah”, sedikit tidak percaya.

Ini nyata, aku benar-benar tak percaya, satu kata yang kuharapkan benar-benar nyata di depan mata. Aku masih berdiri, kali ini aku semakin yakin. Sebelum aku mulai merangkaikan kata-kata, aku tersenyum melihat hiasan di dinding belakang kelasku yang bertuliskan ‘Allah’. Aku bergumam dalam hati, “Engkau memang Pengabul Doa.”



20 Maret 2013

Bogor
Ini adalah sebuah tulisan mengenai salah satu metode menghafal al-Qur’an dengan cepat. Dan metode yang akan saya tulis ini adalah metode yang sering saya gunakan dalam proses menghafal al-Qur’an, dan terbukti selama saya menghafal al-Qur,an , saya merasa nyaman dan merasa mudah menggunakan metode ini, meskipun saya akui proses menghafal saya ini tidak terlalu cepat, tapi bagi saya ini adalah sebuah metode yang cukup nyaman digunakan untuk menghafal al-Qur’an. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Dan langsung saja, apa itu metodenya? Saya memberi nama metode ini METODE PENGULANGAN. Kenapa saya menyebutnya metode pengulangan, karena metode yang akan saya tulisan ini adalah sebuah cara menghafal al-Qur’an dengan tekhnik mengulang-ulang. Memang sih kalau yang namanya menghafal itu pasti diulang-ulang, tapi untuk metode ini akan membuat kita lebih fokus dengan ayat yang akan anda hafal itu, dengan mengulangnya hingga benar-benar lancar.

Nah, sebenarnya metode ini adalah metode yang pernah diajarkan oleh guru Tahfidz saya saat di Kalimantan, dan hingga saat ini masih saya gunakan, alhamdulillah dengan metode ini saya sudah berhasil menghafal sekitar 3 Juz al-Qur’an.

Dalam menggunakan metode ini, ada beberapa tahap yang harus kalian lewati. Dan untuk mempermudah kalian dalam membaca dan memahami isi tulisan ini, saya akan membuatnya secara terperinci. Dan inilah tahapan tahapan metode yang akan saya berikan. 


· Menentukan target

sebelum kalian mulai menghafal ayat atau surah dalam al-Qur’an, terlebih dahulu kalian harus menargetkan berapa baris/berapa ayat yang akan kalian hafalkan nanti, dan usahakan target yang kita tentukan itu semaksimal mungkin, jangan terlalu sedikit. Misalkan kalian menargetkan hari ini akan menghafal sebanyak 8 baris, jangan tanggung-tanggung dalam menentukan target.

Dan petanyaannya Mengapa perlu adanya target? Karena dengan target yang kita tentukan ini, insya Allah akan membuat kita menjadi semangat dan berusaha keras untuk dapat mencapai target itu, dan akan melatih kita untuk tetap konsisten dengan target yang sudah kita tentukan, anggap saja target tersebut adalah sesuatu yang harus kalian capai.


· Meyakinkan Diri

Nah setelah kalian telah berhasil menentukan target yang akan dihafal, kalian juga harus percaya bahwa kalian mampu mencapai target itu. Karena sering saya temui, banyak orang yang merasa tidak yakin dapat berhasil menghafal beberapa baris al-Qur’an dalam waktu tertentu. Nah, dengan keyakinan yang sudah kalian bentuk ini, kalian harus percaya bahwa Allah pasti akan memudahkan kalian dalam mengahafalnya. Karena jika kita berpersangka sulit dalam menghafal al-Qur’an, maka Allah akan benar-benar menyulitkan kalian, begitu pula sebaliknya.


· Mengulang Sebelum Menghafal

Nah pada tahap ini, barulah proses pengulangan dilakukan. Setelah kalian sudah menentukan target dan meyakinkan diri seperti yang sudah saya tuliskan di atas, langkah selanjutnya adalah menuju ke tahap membaca dengan mengulang-ulang.

Tapi tidak langsung menghafal. Sebelum kalian mulai menghafal, terlebih dahulu kalian harus membaca ayat yang sudah kalian targetkan tadi dengan melihat/membaca al-Qur,an, dan usahakan bacaanya pas dengan Tajwid, jangan terburu-buru. Ulangi bacaan itu sebanyak 20 kali.

Misalkan target kalian tadi adalah 8 baris, maka kalian harus membaca 8 baris ayat al-Qur’an itu dengan diulang-ulang sebanyak 3-5 kali, tapi dengan melihat al-Qur’an. Tujuannya adalah agar bacaan al-Qur’an itu sedikit-sedikit mulai terekam oleh otak kalian sehingga akan memudahkan kalian dalam menghafal ayat tersebut nantinya. Semakin banyak diulang maka semakin lekat di otak. 


· Mnghafal dengan Metode Pengulangan

Setelah kalian mengulang 3-5 kali dengan melihat al-Qur’an, barulah kalian mulai menghafal ayat tersebut sedikit demi sedikit, kata demi kata. Caranya sama, ayat yang akan kalian hafal itu diulang sebanyak 20 kali atau lebih, jika ayat nya terlalu panjang, maka bisa setengah atau seperempat terlebih dahulu, sesuaikan saja dengan kemampuan.

Kemudian setelah kalian sudah selesai mengulang ayat tersebut sebanyak 20 kali lebih, maka insya Allah ayat itu otomatis akan mulai terekam di otak, dan kali ini kalian harus mencoba melafalkan ayat yang telah kalian ulang sebanyak 20 kali itu tanpa melihat al-Qur’an. Insya Allah kalian akan hafal ayat itu. Jika pun belum, ulang terus ayat itu sambil konsentrasi dan memusatkan pikiran.

Begitu seterusnya, stiap ayat diulang sebanyak 20 kali atau lebih. Jika anda sudah berhasil menghafal hingga 4 baris atau lebih, Maka ulang kembali 4 baris itu sebanyak 20 kali tanpa melihat al-Qur’an, agar hafalannya semakin lekat dan tidak mudah hilang.

Seandaninya kalian telah berhasil menghafal 4 baris itu hingga benar-benar lancar dan sudah diulang-ulang. Kalian dapat melanjutkannya dengan menghafal ayat baru dengan cara yang sama seperti di atas, yaitu mengulang ayat hingga 20 kali atau lebih. Dan jika sudah berhasil 4 baris lagi, maka ulang lagi 4 baris itu sebanyak 20 kali.

Nah, jika target 8 baris yang telah kalian tentukan itu sudah berhasil dihafal, maka ulang lagi 8 baris itu sebanyak 20 kali atau lebih agar benar-benar ingat, tidak tersendat-sendat, dan bacaannya pas. Dan Hingga akhirnya selesailah target 8 baris itu. semoga kalian paham maksudnya.

Itulah metode cara menghafal al-Qur’an yang dapat saya bagikan kepada kalian, untuk menggunkan metode ini memang dibutuhkan kesabaran dan waktu yang lama, karena harus terus mengulang-ngulang ayat. Tapi insya Allah dengan metode ini hafalan kalian tidak mudah hilang alias akan lebih betah dan tahan lama untuk tinggal di otak kalian, sehingga tidak mudah lepas.

Oya, ada beberapa tips lagi agar kalian lebih mudah menghafalnya. Yang pertama adalah usahakan kalian membaca al-Qur’an itu dengan suara yang lantang dan nyaring, karena menurut pengalaman saya dalam menghafal al-Qur’an, suara nyaring dapat mempermudah otak dalam peniramaan suara, karena suara nyaring itu juga pasti akan terdengar oleh telinga sehingga akan lebih mudah hafal. Nggak tau juga sih teori pastinya, yang pasti saya sendiri lebih mudah menggunakan suara nyaring.

Tips yang lain adalah, usahakan anda juga mengerti atau memahami sidikit-sedikit arti kata atau ayat al-Qur’an yang kalian hafal tersebut. Syukur-syukur jika benar-benar paham bahasa arab, karena dengan mengerti artinya, insya Allah dapat mempermudah dalam menghafal.

Mungkin sekian metode dan tips dalam menghafal al-Qur’an yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat.

Menghafal al-Quran lebih mudah

Ini adalah sebuah tulisan mengenai salah satu metode menghafal al-Qur’an dengan cepat. Dan metode yang akan saya tulis ini adalah metode yang sering saya gunakan dalam proses menghafal al-Qur’an, dan terbukti selama saya menghafal al-Qur,an , saya merasa nyaman dan merasa mudah menggunakan metode ini, meskipun saya akui proses menghafal saya ini tidak terlalu cepat, tapi bagi saya ini adalah sebuah metode yang cukup nyaman digunakan untuk menghafal al-Qur’an. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Dan langsung saja, apa itu metodenya? Saya memberi nama metode ini METODE PENGULANGAN. Kenapa saya menyebutnya metode pengulangan, karena metode yang akan saya tulisan ini adalah sebuah cara menghafal al-Qur’an dengan tekhnik mengulang-ulang. Memang sih kalau yang namanya menghafal itu pasti diulang-ulang, tapi untuk metode ini akan membuat kita lebih fokus dengan ayat yang akan anda hafal itu, dengan mengulangnya hingga benar-benar lancar.

Nah, sebenarnya metode ini adalah metode yang pernah diajarkan oleh guru Tahfidz saya saat di Kalimantan, dan hingga saat ini masih saya gunakan, alhamdulillah dengan metode ini saya sudah berhasil menghafal sekitar 3 Juz al-Qur’an.

Dalam menggunakan metode ini, ada beberapa tahap yang harus kalian lewati. Dan untuk mempermudah kalian dalam membaca dan memahami isi tulisan ini, saya akan membuatnya secara terperinci. Dan inilah tahapan tahapan metode yang akan saya berikan. 


· Menentukan target

sebelum kalian mulai menghafal ayat atau surah dalam al-Qur’an, terlebih dahulu kalian harus menargetkan berapa baris/berapa ayat yang akan kalian hafalkan nanti, dan usahakan target yang kita tentukan itu semaksimal mungkin, jangan terlalu sedikit. Misalkan kalian menargetkan hari ini akan menghafal sebanyak 8 baris, jangan tanggung-tanggung dalam menentukan target.

Dan petanyaannya Mengapa perlu adanya target? Karena dengan target yang kita tentukan ini, insya Allah akan membuat kita menjadi semangat dan berusaha keras untuk dapat mencapai target itu, dan akan melatih kita untuk tetap konsisten dengan target yang sudah kita tentukan, anggap saja target tersebut adalah sesuatu yang harus kalian capai.


· Meyakinkan Diri

Nah setelah kalian telah berhasil menentukan target yang akan dihafal, kalian juga harus percaya bahwa kalian mampu mencapai target itu. Karena sering saya temui, banyak orang yang merasa tidak yakin dapat berhasil menghafal beberapa baris al-Qur’an dalam waktu tertentu. Nah, dengan keyakinan yang sudah kalian bentuk ini, kalian harus percaya bahwa Allah pasti akan memudahkan kalian dalam mengahafalnya. Karena jika kita berpersangka sulit dalam menghafal al-Qur’an, maka Allah akan benar-benar menyulitkan kalian, begitu pula sebaliknya.


· Mengulang Sebelum Menghafal

Nah pada tahap ini, barulah proses pengulangan dilakukan. Setelah kalian sudah menentukan target dan meyakinkan diri seperti yang sudah saya tuliskan di atas, langkah selanjutnya adalah menuju ke tahap membaca dengan mengulang-ulang.

Tapi tidak langsung menghafal. Sebelum kalian mulai menghafal, terlebih dahulu kalian harus membaca ayat yang sudah kalian targetkan tadi dengan melihat/membaca al-Qur,an, dan usahakan bacaanya pas dengan Tajwid, jangan terburu-buru. Ulangi bacaan itu sebanyak 20 kali.

Misalkan target kalian tadi adalah 8 baris, maka kalian harus membaca 8 baris ayat al-Qur’an itu dengan diulang-ulang sebanyak 3-5 kali, tapi dengan melihat al-Qur’an. Tujuannya adalah agar bacaan al-Qur’an itu sedikit-sedikit mulai terekam oleh otak kalian sehingga akan memudahkan kalian dalam menghafal ayat tersebut nantinya. Semakin banyak diulang maka semakin lekat di otak. 


· Mnghafal dengan Metode Pengulangan

Setelah kalian mengulang 3-5 kali dengan melihat al-Qur’an, barulah kalian mulai menghafal ayat tersebut sedikit demi sedikit, kata demi kata. Caranya sama, ayat yang akan kalian hafal itu diulang sebanyak 20 kali atau lebih, jika ayat nya terlalu panjang, maka bisa setengah atau seperempat terlebih dahulu, sesuaikan saja dengan kemampuan.

Kemudian setelah kalian sudah selesai mengulang ayat tersebut sebanyak 20 kali lebih, maka insya Allah ayat itu otomatis akan mulai terekam di otak, dan kali ini kalian harus mencoba melafalkan ayat yang telah kalian ulang sebanyak 20 kali itu tanpa melihat al-Qur’an. Insya Allah kalian akan hafal ayat itu. Jika pun belum, ulang terus ayat itu sambil konsentrasi dan memusatkan pikiran.

Begitu seterusnya, stiap ayat diulang sebanyak 20 kali atau lebih. Jika anda sudah berhasil menghafal hingga 4 baris atau lebih, Maka ulang kembali 4 baris itu sebanyak 20 kali tanpa melihat al-Qur’an, agar hafalannya semakin lekat dan tidak mudah hilang.

Seandaninya kalian telah berhasil menghafal 4 baris itu hingga benar-benar lancar dan sudah diulang-ulang. Kalian dapat melanjutkannya dengan menghafal ayat baru dengan cara yang sama seperti di atas, yaitu mengulang ayat hingga 20 kali atau lebih. Dan jika sudah berhasil 4 baris lagi, maka ulang lagi 4 baris itu sebanyak 20 kali.

Nah, jika target 8 baris yang telah kalian tentukan itu sudah berhasil dihafal, maka ulang lagi 8 baris itu sebanyak 20 kali atau lebih agar benar-benar ingat, tidak tersendat-sendat, dan bacaannya pas. Dan Hingga akhirnya selesailah target 8 baris itu. semoga kalian paham maksudnya.

Itulah metode cara menghafal al-Qur’an yang dapat saya bagikan kepada kalian, untuk menggunkan metode ini memang dibutuhkan kesabaran dan waktu yang lama, karena harus terus mengulang-ngulang ayat. Tapi insya Allah dengan metode ini hafalan kalian tidak mudah hilang alias akan lebih betah dan tahan lama untuk tinggal di otak kalian, sehingga tidak mudah lepas.

Oya, ada beberapa tips lagi agar kalian lebih mudah menghafalnya. Yang pertama adalah usahakan kalian membaca al-Qur’an itu dengan suara yang lantang dan nyaring, karena menurut pengalaman saya dalam menghafal al-Qur’an, suara nyaring dapat mempermudah otak dalam peniramaan suara, karena suara nyaring itu juga pasti akan terdengar oleh telinga sehingga akan lebih mudah hafal. Nggak tau juga sih teori pastinya, yang pasti saya sendiri lebih mudah menggunakan suara nyaring.

Tips yang lain adalah, usahakan anda juga mengerti atau memahami sidikit-sedikit arti kata atau ayat al-Qur’an yang kalian hafal tersebut. Syukur-syukur jika benar-benar paham bahasa arab, karena dengan mengerti artinya, insya Allah dapat mempermudah dalam menghafal.

Mungkin sekian metode dan tips dalam menghafal al-Qur’an yang dapat saya berikan, semoga bermanfaat.

Senin, 06 Mei 2013

Ini adalah catatan perjalanan ke IBF Senayan Jakarta

Pada tulisan kali ini, aku akan membagikan sedikit pengalamanku saat pergi ke IBF di Senayan Jakarta. Ini adalah kunjungan pertamaku ke Pameran Buku Islam yang diselenggarakan di Senayan Jakarta. Perjalanan kali ini sebenarnya merupakan program dari Pesantren Media, seluruh santri dianjurkan untuk ikut mengunjungi Pameran Buku Islam terbesar di Indonesia ini.

Tak usah berlama-lama, cerita pun dimulai.

Jam 8 kurang, sesuai instruksi yang telah diumumkan. Aku dan teman-teman ikhwan lainnya pun berangkat ke Pesantren Media, di situlah tempat seluruh santri berukumpul sebelum berangkat.

Aneh bin ajaib, sesampai di Pesantren, aku tak menemui sehelai orang pun (memangnya daun). Dan tak lama kemudian, ada salah satu santri akhwat yang mengatakan bahwa keberangkatan diundur satu jam, jadi berangkatnya jam 9.

Ya sudahlah, pasrah saja. Padahal tadi sudah bersemangat, ternyata ditunda. Aku sedikit kesal dengan penundaan ini, kenapa tidak diberi tahu sejak awal?! Jadi, kan nggak usah capek-capek datang awal begini. Tak hanya aku, beberapa teman ikhwan lainnya pun terlihat sedikit kesal.

Singkat cerita, sudah jam 9. Wah, enak ya kalau dalam tulisan, tiba-tiba sudah jam 9. Padahal pada saat itu, rasanya lama sekali aku menunggu 1 jam tersebut. Belum lagi, waktu selalu terasa lambat jika ditunggu, jam-nya malu kali kalau dilihatin terus.



· Perjalanan berangkat

Sebelum beragkat, Ustadz Umar memberikan sedikit pengumuman dan pengarahan kepada kami. Diantaranya adalah masalah keberangkatan. Keberangkatan dibagi menjadi 2 rombongan. Rombongan pertama, akan berangkat menggunakan mobil yayasan, yang akan dikemudikan oleh Ustadz Umar. Sedangkan rombongan yang kedua, berangkat menggunakan KRL ‘Commuter Line’, yang akan dipimpin oleh Kak Dedy, beliau merupakan guru sanggar musik di Pesantren Media.

Aku termasuk dalam rombongan kedua, bersama 12 orang lainnya, yaitu: Kak Dedy, Kak Farid, Musa, Yusuf, Abdullah, Taqi, dan 6 orang akhwat lainnya.

Kami berangkat dari pesantren sekitar jam setengah sepuluh menggunakan Mobil Panther. Dan kira-kira jam 10, kami pun sampai di Stasiun Bogor. Kemudian, Musa yang ditugaskan sebagai bendahara membeli 13 tiket kereta jurusan Cawang, harga tiket tak terlalu mahal, Rp.9000 per tiket. Usai membayar tiket, kami langsung menuju gerbong kereta tujuan. Suasana di dalam kereta masih sangat lengang, sehingga kami semua berhasil mendapatkan tempat duduk.

Aku duduk di salah satu kursi paling pinggir, berdekatan dengan pintu keluar, kedua mataku tak ketinggalan untuk menysusuri keadaan di dalam kereta, ini adalah pertama kalinya aku naik kereta. Hanya hatiku yang berbicara. “Beginikah suasana dalam kereta?” Aku bertanya-tanya sambil tertegun, ternyata mirip seperti yang kubayangkan sebelumnya.

Tak lama kami menunggu, sekitar jam setengah 11. Kereta akhirnya mulai berjalan, ini adalah saat yang paling kutunggu-tunggu. Seluruh pintu kereta tertutup secara otomatis, dan suara roda kereta sedikit berdecit, menimbulkan suara yang tak enak didengar. Kereta pun melesat perlahan, hingga akhirnya sampai pada puncak kecepatannya. Cepat. Saking cepatnya, pemandanagan di luar jendela tak dapat benar-benar kunikmati. Dimensi ruang terlalu cepat berganti dan berpindah-pindah.

Ada banyak satasiun yang kami singgahi dari Bogor menuju Cawang ini, aku tak tahu berapa tepatnya, mungkin sekitar 13 stasiun. Setiap kali singgah, selalu saja ada tambahan penumpang. Hingga, suasana di dalam kereta semakin penuh. Untugnya, aku sudah mendapat tempat duduk.

Sekitar45 menit perjalanan, atau tepatnya jam 11:18, kami pun akhirnya sampai di Stasiun tujuan kami, yaitu Stasiun Cawang. Kami keluar, merenggangkan badan, melepas pegal setelah beberapa lama duduk. Tapi perjalanan belum selesai, kami masih harus berjalan menuju Halte Busway. Meski tidak terlalu jauh, sudah cukup membuat kaki-kaki kami kelelahan.

Seperti biasa, sebelum naik busway, kami harus membayar karcis Rp.3500. Tapi, tidak semudah itu juga, kami masih harus antri beberapa lama di halte untuk menunggu busway yang benar-benar mampu menampung semua jumlah rombongan kami yang berjumlah 13 ini. Cukup lama kami menunggu di halte ini.

Namun setiap penantian selalu ada akhirnya, setelah cukup lama menanti, kami pun berhasil merangsek masuk ke dalam salah satu busway. Tak jauh dengan suasana di kereta, saling berdusel-duselan, dan senggol-senggolan tak terelakkan lagi. Dan kali ini, kami semua harus rela berdiri hingga akhir tujuan.

Di salah satu halte yang sudah direncanakan sebelumnya, kami turun. Lega rasanya, meninggalkan suasana ‘sumpek’ di dalam busway. Belum terlalu lega, hari semakin siang, matahari semakin meninggi, suasana pun semakin panas, tapi perjalanan belum selesai sampai di sini. Rombongan pertama, yang berangkat menggunakan mobil yayasan sudah mengabarkan kepada kami bahwa mereka sudah sampai di Senayan Jakarta.

Atas beberapa pertimbangan, akhirnya kami putuskan untuk menyelesaikan sisa perjalanan dengan berjalan kaki, dari halte busway menuju Istora Senayan Jakarta. Ternyata cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, kurang lebih sekitar 200 M.

Akhirnya sampai. Tak terasa, ternyata sekarang sudah sekitar jam 1. Pantas saja, kakiku sudah terasa pegal, padahal belum sempat melihat-lihat stand yang ada di dalam. Kami langsung mencari rombongan pertama di tempat yang sudah ditentukan. Singkat pencarian, akhirnya ketemu juga. Sekarang seluruh santri rombongan sudah berkumpul. Sungguh terasa sekali perjalan ini, namun tak terasa jika hanya kutuangkan dalam tulisan ini, 2 halaman sudah kuhabiskan hanya untuk menceritakan perjalanan ini.



· Menjelajah ke Dunia Buku

Pandanganku tak bisa memusat, berpindah-pindah melihat setiap ‘lekukan’ daerah asing yang baru kukunjungi ini. Istora Senayan begitu penuh dengan antusiasme orang-orang yang rata-rata mencari buku. Begitu ramai, aku tak bisa menemukan sebuah kalimat konotasi yang tepat untuk menggambarkannya.

Sebelum mulai berkelilling mengunjungi stand-stand yang tersedia. Perut memaksa kami untuk makan terlebih dahulu, kemudian Sholat Dzuhur. Untuk berwudhu saja kami harus antri, sungguh pemandangan yang indah, melihat orang-orang saling berebut untuk sholat.

Usai sholat, barulah aku dan Kak Farid mulai masuk ke dalam, mulai menjelajahi dan melihat-lihat isi ruangan yang menjadi tujuan utama. Baru saja masuk, mataku sudah dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa, seperti kerumumanan rayap yang sedang berlalu-lalang menggerogoti kayu. Ramai sekali.

Kami terus bejalan. Sambil melihat-lihat buku yang sudah sengaja disediakan untuk memanjakan para tamu yang berdatangan. Dan tahukah kalian, untuk melangkah saja, kami memerlukan waktu berlipat-lipat lebih lama dari biasanya, kami harus pandai menemukan celah yang tepat untuk melangkahkan kaki. Itu adalah efek antusiasme warga yang luar biasa. Tapi, semua itu tak menyurutkan semangatku untuk terus menjelajah. Perlahan, aku mulai merangsek masuk lebih jauh.

Tak terasa, aku dan Kak Farid akhirnya sampai di panggung utama. Di panggung utama ini, pengunjung juga tak kalah banyak. Berjajar beberapa stand dari penerbit-penerbit buku terkenal di Indonesia, seperti Mizan, Gramedia, Republika, dan masih ada lagi yang lainnya. Aku tak mau ketinggalan, maka aku masuk ke dalam stand buku Mizan, dan tentunya aku berharap dapat menemukan buku yang sedang kucari sejak tadi. Dan ternyata, aku tak dapat menemukan buku tersebut.

Aku dan Kak Farid kemudian pindah menuju stand buku Gramedia. Baru saja masuk, aku langsung menemukan barisan buku yang aku cari, tak usah berlama-lama, langsung saja kuambil satu buku tersebut dan membayarnya di kasir.

Mendapatkan satu buku belum membuatku puas, aku dan Kak Farid masih saja menjelajah dunia buku ini, mencari dan berharap ada buku yang dapat ‘memikat’, kapan lagi ada diskon seperti ini. Kaki yang sudah semakin lelah sama sekali tidak mengurangi semangat kami, hingga tak terasa aku sudah berjalan cukup lama, dan ternyata sudah memasuki waktu Ashar. Aku dan Kak Farid pun langsung menuju tempat wudhu dan harus antri terlebih dahulu, kemudian Sholat Ashar.

Usai sholat, aku masih belum menyerah untuk melihat-lihat ke dalam Gedung Istora Senayan, namun kali ini bersama Musa, karena Kak Farid nampaknya sudah merasa kelelahan. Suasana di dalam seperti sebuah dunia buku, penuh bermacam-macam buku, membuat kaki-kaki tak pernah lelah untuk terus berjalan. Hingga tak terasa, aku sudah berhasil mendapatkan dua buku lagi, sedangkan Musa ‘memborong’ banyak buku, terhitung ada sekitar 6 buku yang ia beli. Mumpung lagi diskon.

Ternyata 3 buku yang kubeli tersebut telah membuat isi dompetku menipis. Untuk menghindari habisnya perbekalan uangku, aku pun langsung keluar, takut jika saja ada buku yang tiba-tiba ‘menggodaku’. Ngeri sekali, kalau uangku sampai habis.



· Perjalanan pulang

Sekitar jam 5, aku dan rombongan lainnya pun akhirnya harus mengakhiri jalan-jalan kali ini. Kami harus pulang, untuk menghindari sampai hingga larut malam. Perjalan pulang tak jauh berbeda dengan keberangkatan tadi.

Kami harus berjalan terlebih dahulu dari Istora Senayan ke Halte Busway, kurang lebih sekitar 200 M, terasa jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi tak apalah, perjalan tetap terasa menyenangkan, kehadiran teman membuat perjalan terasa lebih berwarna, labih menyenangkan, dan tentunya rasa lelah pun menjadi berkurang.

Sampai di Halte yang telah ditentukan, tak butuh waktu lama menunggu, kami langsung mendapati salah satu Busway yang cukup menampung jumlah kami yang tidak sedikit. Keadaan di dalam tidak seperti saat berangkat, kini terasa lebih longgar, bahkan aku dan teman ikhwan lainnya berhasil mendapatkan kursi duduk, lumayanlah untuk mengistirahatkan kaki sejenak.

Singkat cerita, kami telah sampa di Stasiun Cawang. Usai membeli tiket, kami menunggu kedatangan kereta di kursi yang telah disediakan. Cukup lama kami menunggu, namun sekitar jam 8 kurang 15 malam, kami pun naik ke dalam kereta. Sayang sekali, kereta penuh, tidak ada lagi kursi kosong. Terpaksa, kami semua berdiri. Sesekali aku dan beberapa teman lainnya duduk di lantai kereta karena merasa sedikit kelelahan.

Akhirnya, perjalanan segera berakhir, kami sampai di Stasiun Bogor, Kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan Mobil Panther. Cerita pun berakhir ketika kami sampai di Rumah Media (asrama Ikhwan, Pesantren Media).



18 Maret 2013

Bogor

Kunjungan ke IBF-Jakarta

Ini adalah catatan perjalanan ke IBF Senayan Jakarta

Pada tulisan kali ini, aku akan membagikan sedikit pengalamanku saat pergi ke IBF di Senayan Jakarta. Ini adalah kunjungan pertamaku ke Pameran Buku Islam yang diselenggarakan di Senayan Jakarta. Perjalanan kali ini sebenarnya merupakan program dari Pesantren Media, seluruh santri dianjurkan untuk ikut mengunjungi Pameran Buku Islam terbesar di Indonesia ini.

Tak usah berlama-lama, cerita pun dimulai.

Jam 8 kurang, sesuai instruksi yang telah diumumkan. Aku dan teman-teman ikhwan lainnya pun berangkat ke Pesantren Media, di situlah tempat seluruh santri berukumpul sebelum berangkat.

Aneh bin ajaib, sesampai di Pesantren, aku tak menemui sehelai orang pun (memangnya daun). Dan tak lama kemudian, ada salah satu santri akhwat yang mengatakan bahwa keberangkatan diundur satu jam, jadi berangkatnya jam 9.

Ya sudahlah, pasrah saja. Padahal tadi sudah bersemangat, ternyata ditunda. Aku sedikit kesal dengan penundaan ini, kenapa tidak diberi tahu sejak awal?! Jadi, kan nggak usah capek-capek datang awal begini. Tak hanya aku, beberapa teman ikhwan lainnya pun terlihat sedikit kesal.

Singkat cerita, sudah jam 9. Wah, enak ya kalau dalam tulisan, tiba-tiba sudah jam 9. Padahal pada saat itu, rasanya lama sekali aku menunggu 1 jam tersebut. Belum lagi, waktu selalu terasa lambat jika ditunggu, jam-nya malu kali kalau dilihatin terus.



· Perjalanan berangkat

Sebelum beragkat, Ustadz Umar memberikan sedikit pengumuman dan pengarahan kepada kami. Diantaranya adalah masalah keberangkatan. Keberangkatan dibagi menjadi 2 rombongan. Rombongan pertama, akan berangkat menggunakan mobil yayasan, yang akan dikemudikan oleh Ustadz Umar. Sedangkan rombongan yang kedua, berangkat menggunakan KRL ‘Commuter Line’, yang akan dipimpin oleh Kak Dedy, beliau merupakan guru sanggar musik di Pesantren Media.

Aku termasuk dalam rombongan kedua, bersama 12 orang lainnya, yaitu: Kak Dedy, Kak Farid, Musa, Yusuf, Abdullah, Taqi, dan 6 orang akhwat lainnya.

Kami berangkat dari pesantren sekitar jam setengah sepuluh menggunakan Mobil Panther. Dan kira-kira jam 10, kami pun sampai di Stasiun Bogor. Kemudian, Musa yang ditugaskan sebagai bendahara membeli 13 tiket kereta jurusan Cawang, harga tiket tak terlalu mahal, Rp.9000 per tiket. Usai membayar tiket, kami langsung menuju gerbong kereta tujuan. Suasana di dalam kereta masih sangat lengang, sehingga kami semua berhasil mendapatkan tempat duduk.

Aku duduk di salah satu kursi paling pinggir, berdekatan dengan pintu keluar, kedua mataku tak ketinggalan untuk menysusuri keadaan di dalam kereta, ini adalah pertama kalinya aku naik kereta. Hanya hatiku yang berbicara. “Beginikah suasana dalam kereta?” Aku bertanya-tanya sambil tertegun, ternyata mirip seperti yang kubayangkan sebelumnya.

Tak lama kami menunggu, sekitar jam setengah 11. Kereta akhirnya mulai berjalan, ini adalah saat yang paling kutunggu-tunggu. Seluruh pintu kereta tertutup secara otomatis, dan suara roda kereta sedikit berdecit, menimbulkan suara yang tak enak didengar. Kereta pun melesat perlahan, hingga akhirnya sampai pada puncak kecepatannya. Cepat. Saking cepatnya, pemandanagan di luar jendela tak dapat benar-benar kunikmati. Dimensi ruang terlalu cepat berganti dan berpindah-pindah.

Ada banyak satasiun yang kami singgahi dari Bogor menuju Cawang ini, aku tak tahu berapa tepatnya, mungkin sekitar 13 stasiun. Setiap kali singgah, selalu saja ada tambahan penumpang. Hingga, suasana di dalam kereta semakin penuh. Untugnya, aku sudah mendapat tempat duduk.

Sekitar45 menit perjalanan, atau tepatnya jam 11:18, kami pun akhirnya sampai di Stasiun tujuan kami, yaitu Stasiun Cawang. Kami keluar, merenggangkan badan, melepas pegal setelah beberapa lama duduk. Tapi perjalanan belum selesai, kami masih harus berjalan menuju Halte Busway. Meski tidak terlalu jauh, sudah cukup membuat kaki-kaki kami kelelahan.

Seperti biasa, sebelum naik busway, kami harus membayar karcis Rp.3500. Tapi, tidak semudah itu juga, kami masih harus antri beberapa lama di halte untuk menunggu busway yang benar-benar mampu menampung semua jumlah rombongan kami yang berjumlah 13 ini. Cukup lama kami menunggu di halte ini.

Namun setiap penantian selalu ada akhirnya, setelah cukup lama menanti, kami pun berhasil merangsek masuk ke dalam salah satu busway. Tak jauh dengan suasana di kereta, saling berdusel-duselan, dan senggol-senggolan tak terelakkan lagi. Dan kali ini, kami semua harus rela berdiri hingga akhir tujuan.

Di salah satu halte yang sudah direncanakan sebelumnya, kami turun. Lega rasanya, meninggalkan suasana ‘sumpek’ di dalam busway. Belum terlalu lega, hari semakin siang, matahari semakin meninggi, suasana pun semakin panas, tapi perjalanan belum selesai sampai di sini. Rombongan pertama, yang berangkat menggunakan mobil yayasan sudah mengabarkan kepada kami bahwa mereka sudah sampai di Senayan Jakarta.

Atas beberapa pertimbangan, akhirnya kami putuskan untuk menyelesaikan sisa perjalanan dengan berjalan kaki, dari halte busway menuju Istora Senayan Jakarta. Ternyata cukup jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki, kurang lebih sekitar 200 M.

Akhirnya sampai. Tak terasa, ternyata sekarang sudah sekitar jam 1. Pantas saja, kakiku sudah terasa pegal, padahal belum sempat melihat-lihat stand yang ada di dalam. Kami langsung mencari rombongan pertama di tempat yang sudah ditentukan. Singkat pencarian, akhirnya ketemu juga. Sekarang seluruh santri rombongan sudah berkumpul. Sungguh terasa sekali perjalan ini, namun tak terasa jika hanya kutuangkan dalam tulisan ini, 2 halaman sudah kuhabiskan hanya untuk menceritakan perjalanan ini.



· Menjelajah ke Dunia Buku

Pandanganku tak bisa memusat, berpindah-pindah melihat setiap ‘lekukan’ daerah asing yang baru kukunjungi ini. Istora Senayan begitu penuh dengan antusiasme orang-orang yang rata-rata mencari buku. Begitu ramai, aku tak bisa menemukan sebuah kalimat konotasi yang tepat untuk menggambarkannya.

Sebelum mulai berkelilling mengunjungi stand-stand yang tersedia. Perut memaksa kami untuk makan terlebih dahulu, kemudian Sholat Dzuhur. Untuk berwudhu saja kami harus antri, sungguh pemandangan yang indah, melihat orang-orang saling berebut untuk sholat.

Usai sholat, barulah aku dan Kak Farid mulai masuk ke dalam, mulai menjelajahi dan melihat-lihat isi ruangan yang menjadi tujuan utama. Baru saja masuk, mataku sudah dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa, seperti kerumumanan rayap yang sedang berlalu-lalang menggerogoti kayu. Ramai sekali.

Kami terus bejalan. Sambil melihat-lihat buku yang sudah sengaja disediakan untuk memanjakan para tamu yang berdatangan. Dan tahukah kalian, untuk melangkah saja, kami memerlukan waktu berlipat-lipat lebih lama dari biasanya, kami harus pandai menemukan celah yang tepat untuk melangkahkan kaki. Itu adalah efek antusiasme warga yang luar biasa. Tapi, semua itu tak menyurutkan semangatku untuk terus menjelajah. Perlahan, aku mulai merangsek masuk lebih jauh.

Tak terasa, aku dan Kak Farid akhirnya sampai di panggung utama. Di panggung utama ini, pengunjung juga tak kalah banyak. Berjajar beberapa stand dari penerbit-penerbit buku terkenal di Indonesia, seperti Mizan, Gramedia, Republika, dan masih ada lagi yang lainnya. Aku tak mau ketinggalan, maka aku masuk ke dalam stand buku Mizan, dan tentunya aku berharap dapat menemukan buku yang sedang kucari sejak tadi. Dan ternyata, aku tak dapat menemukan buku tersebut.

Aku dan Kak Farid kemudian pindah menuju stand buku Gramedia. Baru saja masuk, aku langsung menemukan barisan buku yang aku cari, tak usah berlama-lama, langsung saja kuambil satu buku tersebut dan membayarnya di kasir.

Mendapatkan satu buku belum membuatku puas, aku dan Kak Farid masih saja menjelajah dunia buku ini, mencari dan berharap ada buku yang dapat ‘memikat’, kapan lagi ada diskon seperti ini. Kaki yang sudah semakin lelah sama sekali tidak mengurangi semangat kami, hingga tak terasa aku sudah berjalan cukup lama, dan ternyata sudah memasuki waktu Ashar. Aku dan Kak Farid pun langsung menuju tempat wudhu dan harus antri terlebih dahulu, kemudian Sholat Ashar.

Usai sholat, aku masih belum menyerah untuk melihat-lihat ke dalam Gedung Istora Senayan, namun kali ini bersama Musa, karena Kak Farid nampaknya sudah merasa kelelahan. Suasana di dalam seperti sebuah dunia buku, penuh bermacam-macam buku, membuat kaki-kaki tak pernah lelah untuk terus berjalan. Hingga tak terasa, aku sudah berhasil mendapatkan dua buku lagi, sedangkan Musa ‘memborong’ banyak buku, terhitung ada sekitar 6 buku yang ia beli. Mumpung lagi diskon.

Ternyata 3 buku yang kubeli tersebut telah membuat isi dompetku menipis. Untuk menghindari habisnya perbekalan uangku, aku pun langsung keluar, takut jika saja ada buku yang tiba-tiba ‘menggodaku’. Ngeri sekali, kalau uangku sampai habis.



· Perjalanan pulang

Sekitar jam 5, aku dan rombongan lainnya pun akhirnya harus mengakhiri jalan-jalan kali ini. Kami harus pulang, untuk menghindari sampai hingga larut malam. Perjalan pulang tak jauh berbeda dengan keberangkatan tadi.

Kami harus berjalan terlebih dahulu dari Istora Senayan ke Halte Busway, kurang lebih sekitar 200 M, terasa jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi tak apalah, perjalan tetap terasa menyenangkan, kehadiran teman membuat perjalan terasa lebih berwarna, labih menyenangkan, dan tentunya rasa lelah pun menjadi berkurang.

Sampai di Halte yang telah ditentukan, tak butuh waktu lama menunggu, kami langsung mendapati salah satu Busway yang cukup menampung jumlah kami yang tidak sedikit. Keadaan di dalam tidak seperti saat berangkat, kini terasa lebih longgar, bahkan aku dan teman ikhwan lainnya berhasil mendapatkan kursi duduk, lumayanlah untuk mengistirahatkan kaki sejenak.

Singkat cerita, kami telah sampa di Stasiun Cawang. Usai membeli tiket, kami menunggu kedatangan kereta di kursi yang telah disediakan. Cukup lama kami menunggu, namun sekitar jam 8 kurang 15 malam, kami pun naik ke dalam kereta. Sayang sekali, kereta penuh, tidak ada lagi kursi kosong. Terpaksa, kami semua berdiri. Sesekali aku dan beberapa teman lainnya duduk di lantai kereta karena merasa sedikit kelelahan.

Akhirnya, perjalanan segera berakhir, kami sampai di Stasiun Bogor, Kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan Mobil Panther. Cerita pun berakhir ketika kami sampai di Rumah Media (asrama Ikhwan, Pesantren Media).



18 Maret 2013

Bogor
Vira tertunduk lesu di kursi belakang, merebahkan kepalanya di atas meja, bersembunyi di belakang kepala teman-temannya agar Pak Fauzan yang sedang menjelaskan di depan tidak melihatnya. Seperti biasa, ia tidak pernah bersemangat mengikuti pelajaran agama yang diajarkan Pak Fauzan ini. Apalagi ini adalah jam pelajaran terakhir, seluruh semangatnya sudah terkuras dan menyisakkan rasa kantuk. Untungnya letak kursinya di belakang, sehingga kecil kemungkinan Pak Fauzan dapat melihatnya.

Dilihatya jam dinding kelas, 20 menit lagi waktunya pulang. Ia tak sabar untuk segera pulang dan meninggalkan tempat membosankan ini. Entah mengapa Vira begitu benci pelajaran agama, baginya semua yang dibicarkan Pak Fauzan hanyalah omong kosong. Belum lagi saat ini Pak Fauzan sedang menjelaskan mengenai Valentine’s Day. “Dasar, guru sok tahu!” Gerutunya dalam hati.

V’Day Haram, V’Day budaya kafir, V’Day tak boleh dirayakan, jangan rayakan V’Day. Sekilas kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Pak Fauzan ini sangat menyesakkan pikiran Vira. Semua yang dijelaskan Pak Fauzan hanya sekilas lewat di pikiran Vira dan kemudian keluar lagi. Pikirannya tidak mau lagi menampung semua omong kosong dari Pak Fauzan.

“Ah, omong kosong.” Vira menggerutu lagi dengan pelan, yang hanya didengar olehnya sendiri.

“Ssst, nggak boleh gitu.” Ternyata Rina mendengarkan ucapan Vira barusan.

Namun Vira tidak peduli, ia diam saja mendengar tanggapan Rina.

Bel berbunyi, semua siswa terlihat berhamburan keluar, seperti kerumunan semut yang sarangnya baru saja dihancurkan. Namun tidak untuk kelas 9a, mereka masih di dalam kelas. Seperti biasa Pak Fauzan selalu mengajar hingga lewat waktuya, kadang-kadang lewat 10 menit, 15 menit, bahkan sampai 20 menit. Itulah mengapa banyak murid yang tidak suka dengan pelajarannya.

“Sial, kapan pulangnya!” GerutuVira dengan pelan.

Kali ini ,Rina, teman sebangku Vira, hanya berani memandangi temannya itu, tak berani berkomentar lagi. Ia tahu dengan sifat Vira yang keras kepala, tak pernah mau mendengar nasihat apalagi komentar orang lain. Malah seringkali ia malah marah jika ada teman yang menasehatinya.

Dan sekarang sepertinya Pak Fauzan sudah hampir usai ceramah, penekanan kata ‘jadi ‘ di depan kalimatnya menunjukkan bahwa ia sedang memberi kesimpulan akhir dari ceramahnya.

“Jadi, ingat ya siswa-siswi semua. Jangan pernah ikut-ikutan merayakan yang namanya Valentine’s Day. Karena Islam melarang kita untuk menyerupai budaya kafir, dan ingat Valentine’s Day itu haram.” Ucap Pak Fauzan dengan nada yang semakin tinggi.

Ternyata benar, Kalimat terakhir yang diucapkan Pak Fauzan itu mengakhiri pelajaran agama siang ini, 10 Menit setelah bel berbunyi, barulah mereka pulang. Semua siswa keluar kelas dengan berdesak-desakan, berusaha keluar lebih dulu, seakan takut ketinggalan kereta.

Rumah Vira tidak jauh dari sekolahnya, mungkin sekitar 200 Meter dari sekolahnya. Dengan berjalan kaki dapat sampai kurang dari 5 menit. Dalam perjalanan pulang, ia tampak berbincang-bincang dengan salah satu temannya.

“Gimana, Besok jadi kan?” Tanya Vira kepada Susan, salah satu teman akrabnya.

“Kayaknya, besok aku nggak jadi ikut deh.”

“Kenapa?” Tanya Vira lagi.

Susan memilih menggelengkan kepala, tidak mau memberi alasan untuk pertanyaan ‘kenapa’ yang dilontarkan Vira barusan.

“Kamu harus ikut dong, kan kamu yang ngajak, nggak seru kalo nggak ada kamu!” sedikit pujian dari Vira, dicampur sedikit harapan yang terlihat dari raut wajahnya membuat Susan sepertinya semakin ragu dengan pilihannya.

“Besok deh lihatnya.” Jawab Susan dengan sangat ragu, sampai-sampai suaranya tak bernada, hanya datar, sedatar permukaan setrika.

“Nah gitu dong, besok ya, di rumah Beni.” Ucap Vira dengan sedikit berteriak dan melambaikan tangannya ke arah Susan, ia sudah tidak berada di sebelah sebelah Susan lagi, barusan ada pertigaan yang memisahkan mereka.

*****

Seperti biasa, Vira hanya bermalas-malasan di rumah, nonton TV sambil baring dan sambil SMS-an. Vira memang pemalas, orang tuanya sering kali memarahinya karena bermalas-malasan di depan TV, jarang sekali mau mebantu orang tuanya, sangat jauh berbeda dengan kedua adik perempuannya yang tak semalas Vira, bahkan adiknya sagat rajin.

Berulangkali ia memindah-mindah channel TV nya, mungkin ia belum menemukan acara yang ia cari, atau mungkin ia sedang mencari acara yang cocok dengan seleranya. Tapi nampaknya ia belum juga menemukannya.

“Bete, dimana-mana ceramah!” Vira kesal. Tak ada acara TV yang pas.

Wajar saja banyak acara ceramah di TV, besok tanggal 14 Februari, hari Valentine’s Day. Meskipun banyak anak remaja yang menunggu-nunggu hari tersebut, tapi banyak juga pihak-pihak yang mengadakan acara anti Valentine’s Day. Dan Vira adalah orang yang mengikuti golongan pertama, yaitu remaja yang menunggu hari Kasih Sayang tersebut.

Vira mematikan TV dan kemudian melemparkan remote nya ke arah sofa disebelahnya. Kini tidak ada yang dapat ia lakukan. Bukan tidak ada, tapi tidak mau, sebenarnya ada banyak hal yang dapat ia lakukan, seperti mengerjakan PR, membantu ibunya membuat kue, dan masih banyak lagi. Tapi Vira adalah tipe orang yang pemalas, tidak mungkin ia mau merelakan sedikit waktunya untuk hal yang ia anggap tidak berguna.

Ia tetap berbaring di sofa panjang di depan TV yang sudah tidak bercahaya. Matanya semakin redup, tatapannya semakin kosong, wajahnya semakin sendu, mungkin sedang melamun. Dan tiba-tiba…

*****

Vira masuk ke dalam sebuah dimensi yang entah dimana itu. yang pasti ia sedang berada di sebuah ruangan yang ia sendiri tidak tahu, ruangan apa itu ? ruangan yang tidak terlalu luas, berwarna merah jambu dengan motif Love yang memenuhi ruangan, Vira mulai memperhatikan lebih detail rumah tersebut. Tapi aneh, baru saja ia ingin melihat lebih jauh lagi. Tiba-tiba ia seperti berpindah ke sebuah dimensi yang lain lagi.

Kini ia malah berada di sebuah taman indah, taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga indah dan wangi. Tapi kenapa? Ada yang aneh, bunga-bunga terus saja bertaburan dari atas, seperti sebuah hujan, hujan bunga. Ada yang tidak beres, tidak mungkin ada hujan seperti ini. Vira gelisah, ia bingung dengan apa yang telah terjadi. Bunga-bunga tersebut semakin lama semakin banyak. Dan semakin berat, hingga pada suatu titik dimana bunga tersebut terasa seperti batu, berjatuhan dari atas dan menghantam tubuhnya. Sakit sekali.

Vira takut dan berteriak sekuat-kuatnya sampai tenggorokannnya terasa panas dan terbakar, tapi tak ada suara apapun selain suara lirih helaan napasnya dan suara bunga yang menghantam tubuhnya, bunga yang keras.

Vira memohon kepada tuhan, agar tuhan memindahkannya, membuangnya jauh-jauh dari ruang aneh yang mengerikan ini.

Dan Allah memang pengabul doa, dengan sekejap Rina terlempar ke sebuah tempat, ke tempat yang sungguh aneh, berpindah-pindah dan terus berpindah, Vira seperti dipermainkan oleh Nasib, tenggelam ke dalam sebuah dimensi aneh yang semakin aneh, selalu berpindah dan tak tentu arahnya. Hingga akhirnya, ia pun terlempar lagi ke sebuah tempat yang sangat ia kenal, Ke tempat dimana semua keanehan ini bermula. Yaitu di atas sofa, di depan TV.

“Untung, hanya mimpi.” Ucap Vira dengan melepas lega, dengan napas yang masih ngos-ngosan. Mungkin mimpi itu terasa sangat melelahkan.

Dan dilihatnya, adiknya sudah berada di pinggirnya.

“Kenapa teriak-teriak Kak?” tanya sang adik.

“Cuma mimpi.”

“Mimpi apa?”

Tak mau membiarkan adiknya penasaran, Vira menceritakan mempinya tersebut kepada adiknya.

Sungguh aneh, mimpi di siang bolong. Mimpi yang sama sekali tidak logis.

******

Matahari sudah menyerahkan tugasnya kepada rembulan. Di malam yang cerah ini, Vira berniat untuk pergi ke sebuah Mall. Ia ingin membeli sesuatu untuk merayakan Valentine’s Day esok hari seperti yang sudah ia bicarakan dengan Susan siang tadi. Meski susan sendiri belum pasti akan dapat ikut dalam acara itu.

Dengan mengendarai motornya, Vira pergi ke salah satu mall besar. Tujuannya tidak lain hanya untuk membeli barang untuk dihadiahkan kepada pacaranya esok, di hari Valenteine’s Day. Sesampai nya di mall, ia langsung menuju salah satu toko yang sepertinya menyediakan apa yang ia cari.

Suasana Mall sangat beda dengan biasanya, dipenuhi hiasan serba merah jambu, dan serba love. Ini semua mungkin adalah bentuk penyambutan Valentine’s Day.

Dan tak perlu butuh waktu lama Vira sudah keluar dari mall membawa barang yang ia cari. Kue coklat berbentuk love sudah berhasil ia temukan. Kue yang rencananya akan ia berikan kepada pacarnya esok pada perayaan Valentine’s Day.

Vira langsung pulang, sudak tidak ada mood lagi untuk jalan-jalan. Tiba-tiba perasaannya semakin tidak enak, padahal barang yang dicari sudah ditangannya. Tapi entah mengapa perasaan berubah jadi tak karuan setelah membayar di kasir, ia teringat kembali mimpi siang tadi, mimpi yang baginya sangat mengerikan. Dan kali ini mimpi itu tiba-tiba saja kembali terlintas saat ia melihat kue coklat berbentuk love itu.

Lupakan semua itu. Vira berusaha membuang perasaan tidak karuan itu, ia tak mau larut semakin dalam karena memikirkan mimpi siang tadi, ia berusaha melupakannya dan langsung pulang.

******

Matahari baru saja bangun, menyinari bumi yang gelap menjadi terang-benderang dengan diselimuti suara kicauan burung pagi ini. Hari yang begitu cerah, sesuai harapan bagi kebanyakan remaja. Mungkin hari ini akan terjadi banyak kemaksiatan, kemaksiatan yang dilakukan oleh para remaja yang keliru menafsirkan hari ini.

Hari ini Vira sangat bersemangat, ini adalah salah satu hari yang sangat ditunggu-tunggu olehnya. Bukan sekedar karena ini Hari Minggu, tapi karena hari ini adalah hari ‘Kasih Sayang’. Ia tidak sabar untuk bertukar hadiah dengan pacarnya. Selain itu, pada hari ini juga ia akan mengadakan acara perayaan di rumah pacarnya.

Sore harinya, Vira mengendap-endap keluar rumah, agar kedua orang tuanya tidak mengetahui kepergiannya. Sore ini ia akan mengunjungi rumah pacarnya, dan tidak lupa ia membawa hadiah yang sudah dipersiapkannya. Tapi se-persekian senti lagi menuju pintu depan, mamanya mengagetkannya.

“Mau kemana kamu?”

“emm, mau ke rumah teman.” Jawab Vira dengan gugup.

“Ngapain sore-sore gini ke rumah teman?”

“emm, ada tugas kelompok.” Vira menjawab dengan nada cepat.

“Bener...”

Vira mengangguk sambil sedikit bersuara, “emm”. Mungkin Vira harus tahu bahwa kata ‘emm’ itu tidak ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata itu malah akan membuat mamanya semakin curiga.

Tapi untung, mamanya adalah orang yang tidak mudah curiga, ia percaya dengan ucapan anaknya itu, lagipula jika kemauan Vira tidak dituruti, biasanya Vira akan ngambek dan marah hingga berhari-hari. Dan mamanya tidak mau membiarkan Vira ngambek lagi seperti yang sudah sering terjadi.

“Iingat, Sebelum Maghrib sudah harus sampai di rumah!” tegas mama Vira

Vira segera berangkat, sebelum mamanya berkata-kata lagi, takut kalau mamanya dengan tiba-tiba mempertimbangkan lagi keputusannya.

Sekrang baru jam 4 sore, Vira mulai pergi ke rumah Susan, untuk menjemputnya ke acara yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Vira mengendarai motornya sedikit kencang menuju rumah Susan. Rumahnya tidak terlalau jauh, 5 menit jika menggunakan motor, namun jika berjalan kaki cukup jauh.

Benar, tidak sampai 5 menit, Vira sampai di depan rumah Susan, dan ternyata Susan sudah menunggu di pinggri jalan, mungkin ia tahu Vira akan menemuinya. Dan seakan sudah tahu tujuan Vira, Susan langsung saja menjawab sebelum Vira bertanya. “Maaf Vir, aku nggak ikut.”

“kenapa ?” pertanyaan itu kembali terdengar. Tapi kali ini, Susan menjelaskan alasannya.

“Kamu lupa? Pak Fauzan kan pernah melarang kita merayakan V’Day.” Jawab Susan.

“Jadi kamu percaya dengan ucapan Pak Fauzan?”

“Kenapa tidak, Pak Fauzan juga pernah bilang, V’Day itu budaya Kafir, dan haram bagi Umat Islam mengikutinya, apalagi merayakannya, aku nggak mau dapat dosa.” Susan menjelaskan.

“Ah, kamu percaya aja sama guru sok tahu itu.” Tangkis Vira.

“Ya udah kalo kamu nggak percaya, yang pasti aku nggak mau ikut.”

“Eh, Pak Fauzan itu Cuma sok tahu, lagi pula V’Day kan hari kasih sayang, masa nggak boleh dirayakan.” Vira tak mau kalah. Ia memang keras kepala, tapi tak sekeras baja.

“Tapi masalahnya, V’Day itu kan budaya kafir, dan siapa bilang V’Day itu hari kasih sayang, dulu V’Day adalah ritual penyembahan orang kafir. Jadi haram hukumnya bagi Umat Islam, lebih baik kamu juga jangan ikut-ikutan Vir.” Jawab Susan.

“Aku tidak percaya dengan pimikiran bodoh itu, kalau gitu aku sendiri saja yang berangkat kalo kamu nggak mau.” Jawab Vira dengan sedikit marah. Kemudian ia langsung menyalakan motornya dan pergi meninggalkan rumah Susan.

Namun sebelum, Vira benar-benar menjauh, terdengar teriakan dari Susan.“Yang penting aku sudah mengingatkanmu.”

Kini Vira pergi menuju rumah pacarnya, sesuai janji mereka akan ketemuan di sini, untuk sekedar merayakan hari V’Day, bertukar hadiah dan entah apa cara lain yang dilakukan mereka untuk merayakan Valentine’s Day ini.

Vira memang sangat keras kepala. Ia tak mau mendengarkan apa yang dikatakan Susan, dan Pak Fauzan. Bahkan orang tuanya sendiri dibohonginya.

Vira sampai di rumah Beni, pacarnya. Keadaan rumahnya sepi, dan katanya kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota. Beni sedang sendiri di Rumah. Jadi kini hanya mereka berdua di rumah tersebut, Susan dan pacaranya tidak jadi ikut merayakan acara V’Day ini.

******

Hari sudah malam, tapi Vira tidak kunjung pulang, kedua orang tuanya terutama mamanya semakin gelisah. Padahal tadi Vira sudah berjanji akan pulang sebelum Maghrib. Kedua orang tuanya berusaha mencari tahu, dengan menelpon beberapa teman Vira. Tapi sayang, sudah banyak temannya yang dihubungi, tapi tidak ada yang mengetahui keadaan Vira.

Keesokan Harinya, Vira belum saja pulang. Kini seluruh keluarganya semakin cemas. Tak tahu dimana keberadaan Vira dan apa yang sedang terjadi padanya sehingga tidak kunjung pulang.

Di Sekolahnya pun tidak ada, semua nya sedang cemas, termasuk teman-teman dan pihak sekolah. Susan sudah menanyakan kepada Beni, karena setahu Susan kemarin Vira pergi Ke rumah Beni. Namun Beni juga mengaku tidak tahu mengenai keadaan Vira. Menurutnya kemarin Vira pulang dari rumahnya sekitar jam setengah enam.

Hari ke-dua ada kabar ditemukannya mayat perempuan hanyut di sungai. Dan tidak salah lagi, setelah di periksa, mayat tersebut adalah mayat Vira. Orang tua Vira menangis histeris, mereka tak menduga putrinya akan berakhir seperti ini, mereka masih tidak percaya. Keadaannya sangat mengenaskan, ada banyak luka bacokan, dan tubuhnya sudah membusuk.

Kemudian adik vira menceritakan mengenai mimpi yang pernah dialami Vira di siang bolong itu. Mimpi yang aneh, berada di sebuah ruangan serba merah jambu dengan motif love yang memenuhinya , kemudian di sebuah taman mengerikan, kemudian tempat yang berpindah-pindah. Dan mungkin inilah maksud mimpi itu.

Mama Vira sangat terpukul dan menyesal karena telah membiarkan anaknya pergi sore kemarin, seharusnya ia melarangnya, seharusnya ia tahu kebohongan Vira, seharusnya ia mengetahui pergaulan Vira, seharusnya… seharusnyaa.. Banyak sekali kata ‘seharusnya’. Kata yang hanya memberatkan penyesalan. Menyesal memang selalu di akhir.

“Seandainya aku tidak membiarkan Vira pergi kemarin sore.” Mama Vira bersuara pelan, menyesali kelalaiannya. ‘Seandainya’, itu merupakan sebuah kata yang selalu keluar setelah terjadinya penyesalan. Kata yang tidak akan bisa menyelesaikan penyesalan, namun sudah cukup untuk menegaskan kesalahannya.

Kemudian, polisi pun meyelediki lebih jauh mengenai kematian ini. Apa penyebabnya dan siapa pelakunya.

Pada Hari Rabu, 17 Februari. Di sebuah surat kabar sudah terpampang sebuah berita

“Vira, mayat gadis ini ditemukan oleh salah satu warga Desa ‘Noname’ dengan keadaan yang sudah sangat mengenaskan. Diduga gadis ini dibunuh oleh pacarnya karena menolak ajakan sang pacar untuk melakukan hubungan seks di hari Valentine’s Day.”

Itulah yang sebenarnya terjadi. Tapi sayang, laporan dalam surat kabar tersebut kurang lengkap. Karena seharusnya di depan kalimat tersebut ditulis, “Gara-Gara Merayakan Valentine’s Day.”

ahmad khoirul anam---@anamsharing

Gara-Gara V’Day (cerpen)

Vira tertunduk lesu di kursi belakang, merebahkan kepalanya di atas meja, bersembunyi di belakang kepala teman-temannya agar Pak Fauzan yang sedang menjelaskan di depan tidak melihatnya. Seperti biasa, ia tidak pernah bersemangat mengikuti pelajaran agama yang diajarkan Pak Fauzan ini. Apalagi ini adalah jam pelajaran terakhir, seluruh semangatnya sudah terkuras dan menyisakkan rasa kantuk. Untungnya letak kursinya di belakang, sehingga kecil kemungkinan Pak Fauzan dapat melihatnya.

Dilihatya jam dinding kelas, 20 menit lagi waktunya pulang. Ia tak sabar untuk segera pulang dan meninggalkan tempat membosankan ini. Entah mengapa Vira begitu benci pelajaran agama, baginya semua yang dibicarkan Pak Fauzan hanyalah omong kosong. Belum lagi saat ini Pak Fauzan sedang menjelaskan mengenai Valentine’s Day. “Dasar, guru sok tahu!” Gerutunya dalam hati.

V’Day Haram, V’Day budaya kafir, V’Day tak boleh dirayakan, jangan rayakan V’Day. Sekilas kalimat-kalimat yang keluar dari mulut Pak Fauzan ini sangat menyesakkan pikiran Vira. Semua yang dijelaskan Pak Fauzan hanya sekilas lewat di pikiran Vira dan kemudian keluar lagi. Pikirannya tidak mau lagi menampung semua omong kosong dari Pak Fauzan.

“Ah, omong kosong.” Vira menggerutu lagi dengan pelan, yang hanya didengar olehnya sendiri.

“Ssst, nggak boleh gitu.” Ternyata Rina mendengarkan ucapan Vira barusan.

Namun Vira tidak peduli, ia diam saja mendengar tanggapan Rina.

Bel berbunyi, semua siswa terlihat berhamburan keluar, seperti kerumunan semut yang sarangnya baru saja dihancurkan. Namun tidak untuk kelas 9a, mereka masih di dalam kelas. Seperti biasa Pak Fauzan selalu mengajar hingga lewat waktuya, kadang-kadang lewat 10 menit, 15 menit, bahkan sampai 20 menit. Itulah mengapa banyak murid yang tidak suka dengan pelajarannya.

“Sial, kapan pulangnya!” GerutuVira dengan pelan.

Kali ini ,Rina, teman sebangku Vira, hanya berani memandangi temannya itu, tak berani berkomentar lagi. Ia tahu dengan sifat Vira yang keras kepala, tak pernah mau mendengar nasihat apalagi komentar orang lain. Malah seringkali ia malah marah jika ada teman yang menasehatinya.

Dan sekarang sepertinya Pak Fauzan sudah hampir usai ceramah, penekanan kata ‘jadi ‘ di depan kalimatnya menunjukkan bahwa ia sedang memberi kesimpulan akhir dari ceramahnya.

“Jadi, ingat ya siswa-siswi semua. Jangan pernah ikut-ikutan merayakan yang namanya Valentine’s Day. Karena Islam melarang kita untuk menyerupai budaya kafir, dan ingat Valentine’s Day itu haram.” Ucap Pak Fauzan dengan nada yang semakin tinggi.

Ternyata benar, Kalimat terakhir yang diucapkan Pak Fauzan itu mengakhiri pelajaran agama siang ini, 10 Menit setelah bel berbunyi, barulah mereka pulang. Semua siswa keluar kelas dengan berdesak-desakan, berusaha keluar lebih dulu, seakan takut ketinggalan kereta.

Rumah Vira tidak jauh dari sekolahnya, mungkin sekitar 200 Meter dari sekolahnya. Dengan berjalan kaki dapat sampai kurang dari 5 menit. Dalam perjalanan pulang, ia tampak berbincang-bincang dengan salah satu temannya.

“Gimana, Besok jadi kan?” Tanya Vira kepada Susan, salah satu teman akrabnya.

“Kayaknya, besok aku nggak jadi ikut deh.”

“Kenapa?” Tanya Vira lagi.

Susan memilih menggelengkan kepala, tidak mau memberi alasan untuk pertanyaan ‘kenapa’ yang dilontarkan Vira barusan.

“Kamu harus ikut dong, kan kamu yang ngajak, nggak seru kalo nggak ada kamu!” sedikit pujian dari Vira, dicampur sedikit harapan yang terlihat dari raut wajahnya membuat Susan sepertinya semakin ragu dengan pilihannya.

“Besok deh lihatnya.” Jawab Susan dengan sangat ragu, sampai-sampai suaranya tak bernada, hanya datar, sedatar permukaan setrika.

“Nah gitu dong, besok ya, di rumah Beni.” Ucap Vira dengan sedikit berteriak dan melambaikan tangannya ke arah Susan, ia sudah tidak berada di sebelah sebelah Susan lagi, barusan ada pertigaan yang memisahkan mereka.

*****

Seperti biasa, Vira hanya bermalas-malasan di rumah, nonton TV sambil baring dan sambil SMS-an. Vira memang pemalas, orang tuanya sering kali memarahinya karena bermalas-malasan di depan TV, jarang sekali mau mebantu orang tuanya, sangat jauh berbeda dengan kedua adik perempuannya yang tak semalas Vira, bahkan adiknya sagat rajin.

Berulangkali ia memindah-mindah channel TV nya, mungkin ia belum menemukan acara yang ia cari, atau mungkin ia sedang mencari acara yang cocok dengan seleranya. Tapi nampaknya ia belum juga menemukannya.

“Bete, dimana-mana ceramah!” Vira kesal. Tak ada acara TV yang pas.

Wajar saja banyak acara ceramah di TV, besok tanggal 14 Februari, hari Valentine’s Day. Meskipun banyak anak remaja yang menunggu-nunggu hari tersebut, tapi banyak juga pihak-pihak yang mengadakan acara anti Valentine’s Day. Dan Vira adalah orang yang mengikuti golongan pertama, yaitu remaja yang menunggu hari Kasih Sayang tersebut.

Vira mematikan TV dan kemudian melemparkan remote nya ke arah sofa disebelahnya. Kini tidak ada yang dapat ia lakukan. Bukan tidak ada, tapi tidak mau, sebenarnya ada banyak hal yang dapat ia lakukan, seperti mengerjakan PR, membantu ibunya membuat kue, dan masih banyak lagi. Tapi Vira adalah tipe orang yang pemalas, tidak mungkin ia mau merelakan sedikit waktunya untuk hal yang ia anggap tidak berguna.

Ia tetap berbaring di sofa panjang di depan TV yang sudah tidak bercahaya. Matanya semakin redup, tatapannya semakin kosong, wajahnya semakin sendu, mungkin sedang melamun. Dan tiba-tiba…

*****

Vira masuk ke dalam sebuah dimensi yang entah dimana itu. yang pasti ia sedang berada di sebuah ruangan yang ia sendiri tidak tahu, ruangan apa itu ? ruangan yang tidak terlalu luas, berwarna merah jambu dengan motif Love yang memenuhi ruangan, Vira mulai memperhatikan lebih detail rumah tersebut. Tapi aneh, baru saja ia ingin melihat lebih jauh lagi. Tiba-tiba ia seperti berpindah ke sebuah dimensi yang lain lagi.

Kini ia malah berada di sebuah taman indah, taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga indah dan wangi. Tapi kenapa? Ada yang aneh, bunga-bunga terus saja bertaburan dari atas, seperti sebuah hujan, hujan bunga. Ada yang tidak beres, tidak mungkin ada hujan seperti ini. Vira gelisah, ia bingung dengan apa yang telah terjadi. Bunga-bunga tersebut semakin lama semakin banyak. Dan semakin berat, hingga pada suatu titik dimana bunga tersebut terasa seperti batu, berjatuhan dari atas dan menghantam tubuhnya. Sakit sekali.

Vira takut dan berteriak sekuat-kuatnya sampai tenggorokannnya terasa panas dan terbakar, tapi tak ada suara apapun selain suara lirih helaan napasnya dan suara bunga yang menghantam tubuhnya, bunga yang keras.

Vira memohon kepada tuhan, agar tuhan memindahkannya, membuangnya jauh-jauh dari ruang aneh yang mengerikan ini.

Dan Allah memang pengabul doa, dengan sekejap Rina terlempar ke sebuah tempat, ke tempat yang sungguh aneh, berpindah-pindah dan terus berpindah, Vira seperti dipermainkan oleh Nasib, tenggelam ke dalam sebuah dimensi aneh yang semakin aneh, selalu berpindah dan tak tentu arahnya. Hingga akhirnya, ia pun terlempar lagi ke sebuah tempat yang sangat ia kenal, Ke tempat dimana semua keanehan ini bermula. Yaitu di atas sofa, di depan TV.

“Untung, hanya mimpi.” Ucap Vira dengan melepas lega, dengan napas yang masih ngos-ngosan. Mungkin mimpi itu terasa sangat melelahkan.

Dan dilihatnya, adiknya sudah berada di pinggirnya.

“Kenapa teriak-teriak Kak?” tanya sang adik.

“Cuma mimpi.”

“Mimpi apa?”

Tak mau membiarkan adiknya penasaran, Vira menceritakan mempinya tersebut kepada adiknya.

Sungguh aneh, mimpi di siang bolong. Mimpi yang sama sekali tidak logis.

******

Matahari sudah menyerahkan tugasnya kepada rembulan. Di malam yang cerah ini, Vira berniat untuk pergi ke sebuah Mall. Ia ingin membeli sesuatu untuk merayakan Valentine’s Day esok hari seperti yang sudah ia bicarakan dengan Susan siang tadi. Meski susan sendiri belum pasti akan dapat ikut dalam acara itu.

Dengan mengendarai motornya, Vira pergi ke salah satu mall besar. Tujuannya tidak lain hanya untuk membeli barang untuk dihadiahkan kepada pacaranya esok, di hari Valenteine’s Day. Sesampai nya di mall, ia langsung menuju salah satu toko yang sepertinya menyediakan apa yang ia cari.

Suasana Mall sangat beda dengan biasanya, dipenuhi hiasan serba merah jambu, dan serba love. Ini semua mungkin adalah bentuk penyambutan Valentine’s Day.

Dan tak perlu butuh waktu lama Vira sudah keluar dari mall membawa barang yang ia cari. Kue coklat berbentuk love sudah berhasil ia temukan. Kue yang rencananya akan ia berikan kepada pacarnya esok pada perayaan Valentine’s Day.

Vira langsung pulang, sudak tidak ada mood lagi untuk jalan-jalan. Tiba-tiba perasaannya semakin tidak enak, padahal barang yang dicari sudah ditangannya. Tapi entah mengapa perasaan berubah jadi tak karuan setelah membayar di kasir, ia teringat kembali mimpi siang tadi, mimpi yang baginya sangat mengerikan. Dan kali ini mimpi itu tiba-tiba saja kembali terlintas saat ia melihat kue coklat berbentuk love itu.

Lupakan semua itu. Vira berusaha membuang perasaan tidak karuan itu, ia tak mau larut semakin dalam karena memikirkan mimpi siang tadi, ia berusaha melupakannya dan langsung pulang.

******

Matahari baru saja bangun, menyinari bumi yang gelap menjadi terang-benderang dengan diselimuti suara kicauan burung pagi ini. Hari yang begitu cerah, sesuai harapan bagi kebanyakan remaja. Mungkin hari ini akan terjadi banyak kemaksiatan, kemaksiatan yang dilakukan oleh para remaja yang keliru menafsirkan hari ini.

Hari ini Vira sangat bersemangat, ini adalah salah satu hari yang sangat ditunggu-tunggu olehnya. Bukan sekedar karena ini Hari Minggu, tapi karena hari ini adalah hari ‘Kasih Sayang’. Ia tidak sabar untuk bertukar hadiah dengan pacarnya. Selain itu, pada hari ini juga ia akan mengadakan acara perayaan di rumah pacarnya.

Sore harinya, Vira mengendap-endap keluar rumah, agar kedua orang tuanya tidak mengetahui kepergiannya. Sore ini ia akan mengunjungi rumah pacarnya, dan tidak lupa ia membawa hadiah yang sudah dipersiapkannya. Tapi se-persekian senti lagi menuju pintu depan, mamanya mengagetkannya.

“Mau kemana kamu?”

“emm, mau ke rumah teman.” Jawab Vira dengan gugup.

“Ngapain sore-sore gini ke rumah teman?”

“emm, ada tugas kelompok.” Vira menjawab dengan nada cepat.

“Bener...”

Vira mengangguk sambil sedikit bersuara, “emm”. Mungkin Vira harus tahu bahwa kata ‘emm’ itu tidak ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata itu malah akan membuat mamanya semakin curiga.

Tapi untung, mamanya adalah orang yang tidak mudah curiga, ia percaya dengan ucapan anaknya itu, lagipula jika kemauan Vira tidak dituruti, biasanya Vira akan ngambek dan marah hingga berhari-hari. Dan mamanya tidak mau membiarkan Vira ngambek lagi seperti yang sudah sering terjadi.

“Iingat, Sebelum Maghrib sudah harus sampai di rumah!” tegas mama Vira

Vira segera berangkat, sebelum mamanya berkata-kata lagi, takut kalau mamanya dengan tiba-tiba mempertimbangkan lagi keputusannya.

Sekrang baru jam 4 sore, Vira mulai pergi ke rumah Susan, untuk menjemputnya ke acara yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Vira mengendarai motornya sedikit kencang menuju rumah Susan. Rumahnya tidak terlalau jauh, 5 menit jika menggunakan motor, namun jika berjalan kaki cukup jauh.

Benar, tidak sampai 5 menit, Vira sampai di depan rumah Susan, dan ternyata Susan sudah menunggu di pinggri jalan, mungkin ia tahu Vira akan menemuinya. Dan seakan sudah tahu tujuan Vira, Susan langsung saja menjawab sebelum Vira bertanya. “Maaf Vir, aku nggak ikut.”

“kenapa ?” pertanyaan itu kembali terdengar. Tapi kali ini, Susan menjelaskan alasannya.

“Kamu lupa? Pak Fauzan kan pernah melarang kita merayakan V’Day.” Jawab Susan.

“Jadi kamu percaya dengan ucapan Pak Fauzan?”

“Kenapa tidak, Pak Fauzan juga pernah bilang, V’Day itu budaya Kafir, dan haram bagi Umat Islam mengikutinya, apalagi merayakannya, aku nggak mau dapat dosa.” Susan menjelaskan.

“Ah, kamu percaya aja sama guru sok tahu itu.” Tangkis Vira.

“Ya udah kalo kamu nggak percaya, yang pasti aku nggak mau ikut.”

“Eh, Pak Fauzan itu Cuma sok tahu, lagi pula V’Day kan hari kasih sayang, masa nggak boleh dirayakan.” Vira tak mau kalah. Ia memang keras kepala, tapi tak sekeras baja.

“Tapi masalahnya, V’Day itu kan budaya kafir, dan siapa bilang V’Day itu hari kasih sayang, dulu V’Day adalah ritual penyembahan orang kafir. Jadi haram hukumnya bagi Umat Islam, lebih baik kamu juga jangan ikut-ikutan Vir.” Jawab Susan.

“Aku tidak percaya dengan pimikiran bodoh itu, kalau gitu aku sendiri saja yang berangkat kalo kamu nggak mau.” Jawab Vira dengan sedikit marah. Kemudian ia langsung menyalakan motornya dan pergi meninggalkan rumah Susan.

Namun sebelum, Vira benar-benar menjauh, terdengar teriakan dari Susan.“Yang penting aku sudah mengingatkanmu.”

Kini Vira pergi menuju rumah pacarnya, sesuai janji mereka akan ketemuan di sini, untuk sekedar merayakan hari V’Day, bertukar hadiah dan entah apa cara lain yang dilakukan mereka untuk merayakan Valentine’s Day ini.

Vira memang sangat keras kepala. Ia tak mau mendengarkan apa yang dikatakan Susan, dan Pak Fauzan. Bahkan orang tuanya sendiri dibohonginya.

Vira sampai di rumah Beni, pacarnya. Keadaan rumahnya sepi, dan katanya kedua orang tuanya sedang pergi ke luar kota. Beni sedang sendiri di Rumah. Jadi kini hanya mereka berdua di rumah tersebut, Susan dan pacaranya tidak jadi ikut merayakan acara V’Day ini.

******

Hari sudah malam, tapi Vira tidak kunjung pulang, kedua orang tuanya terutama mamanya semakin gelisah. Padahal tadi Vira sudah berjanji akan pulang sebelum Maghrib. Kedua orang tuanya berusaha mencari tahu, dengan menelpon beberapa teman Vira. Tapi sayang, sudah banyak temannya yang dihubungi, tapi tidak ada yang mengetahui keadaan Vira.

Keesokan Harinya, Vira belum saja pulang. Kini seluruh keluarganya semakin cemas. Tak tahu dimana keberadaan Vira dan apa yang sedang terjadi padanya sehingga tidak kunjung pulang.

Di Sekolahnya pun tidak ada, semua nya sedang cemas, termasuk teman-teman dan pihak sekolah. Susan sudah menanyakan kepada Beni, karena setahu Susan kemarin Vira pergi Ke rumah Beni. Namun Beni juga mengaku tidak tahu mengenai keadaan Vira. Menurutnya kemarin Vira pulang dari rumahnya sekitar jam setengah enam.

Hari ke-dua ada kabar ditemukannya mayat perempuan hanyut di sungai. Dan tidak salah lagi, setelah di periksa, mayat tersebut adalah mayat Vira. Orang tua Vira menangis histeris, mereka tak menduga putrinya akan berakhir seperti ini, mereka masih tidak percaya. Keadaannya sangat mengenaskan, ada banyak luka bacokan, dan tubuhnya sudah membusuk.

Kemudian adik vira menceritakan mengenai mimpi yang pernah dialami Vira di siang bolong itu. Mimpi yang aneh, berada di sebuah ruangan serba merah jambu dengan motif love yang memenuhinya , kemudian di sebuah taman mengerikan, kemudian tempat yang berpindah-pindah. Dan mungkin inilah maksud mimpi itu.

Mama Vira sangat terpukul dan menyesal karena telah membiarkan anaknya pergi sore kemarin, seharusnya ia melarangnya, seharusnya ia tahu kebohongan Vira, seharusnya ia mengetahui pergaulan Vira, seharusnya… seharusnyaa.. Banyak sekali kata ‘seharusnya’. Kata yang hanya memberatkan penyesalan. Menyesal memang selalu di akhir.

“Seandainya aku tidak membiarkan Vira pergi kemarin sore.” Mama Vira bersuara pelan, menyesali kelalaiannya. ‘Seandainya’, itu merupakan sebuah kata yang selalu keluar setelah terjadinya penyesalan. Kata yang tidak akan bisa menyelesaikan penyesalan, namun sudah cukup untuk menegaskan kesalahannya.

Kemudian, polisi pun meyelediki lebih jauh mengenai kematian ini. Apa penyebabnya dan siapa pelakunya.

Pada Hari Rabu, 17 Februari. Di sebuah surat kabar sudah terpampang sebuah berita

“Vira, mayat gadis ini ditemukan oleh salah satu warga Desa ‘Noname’ dengan keadaan yang sudah sangat mengenaskan. Diduga gadis ini dibunuh oleh pacarnya karena menolak ajakan sang pacar untuk melakukan hubungan seks di hari Valentine’s Day.”

Itulah yang sebenarnya terjadi. Tapi sayang, laporan dalam surat kabar tersebut kurang lengkap. Karena seharusnya di depan kalimat tersebut ditulis, “Gara-Gara Merayakan Valentine’s Day.”

ahmad khoirul anam---@anamsharing
Masa remaja adalah masa yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Bisa dikatakan remaja adalah masa-masa labil, dimana mereka belum bisa memilih yang mana jalan yang harus mereka pilih.

Sejalan dengan itu semua, kehidupan kita selalu lekat dengan perkembangan teknologi, apalagi dikalangan remaja, yang sangat berpengaruh sekali dengan kemajuan teknologi saat ini. Jejaring sosial adalah salah satu teknologi yang sangat besar pengaruhnya di kalangan remaja saat ini. Bahkan jejaring sosial saat ini sudah semakin berkembang pesat, antara lain, facebook, twitter, friendstar, my space dan masih banyak lagi.

Jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut.Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Dan jelas, kalangan remaja lah yang selalu pertama kali mengenal dan berlomba-lomba membuat akun di jejaring sosial ini.

Keberadaan jejaring sosial yang semakin mewabbah di kalangan remaja ini membuat banyak dari kalangan remaja yang menganggap bahwa kepemilikan akun jejaring sosial adalah hal yang wajib hukumnya, yang harus mereka miliki. Bagi mereka jejaring sosial ini seakan lebih penting dari sepiring nasi. Padahal pada faktanya jejaring sosial hanya menyebakan banyak masalah dan banyak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan jejaring sosial antara lain adalah.

· Bikin kecanduan

Tak hanya narkoba yang dapat menyebabkan kecanduan, jejaring sosial juga ternyata dapat menyebabkan remaja kecanduan. Awlanya tidak memiliki akun di jejaring sosial, setelah mencoba ikut-ikutan teman dan membuat akun di jejaring sosial, pasti ia akan kecanduan dan akan senantiasa memikirkan jejaring sosial tersebut. kemudian saat bangun tidur, maka yang akan dipikirkan dan dilakukan pertama kali adalah membuka handphone untuk sekedar mengecek notifikasi facebook atau twitter. Wah betapa hebatnya peran jejaring sosial dalam mengendalikan remaja.



· Mengurangi waktu produktif

Jika sudah keasyikan membuka jejaring sosial, maka seseorang akan betah berlama-lama bahkan hingga berjam-jam di depan layar monitor atau pun layar handphone, nah kalau sudah demikian seseorang itu pasti tidak sadar betapa banyaknya waktu yang ia buang hanya sekdedar untuk mengurus akun jejaring sosial nya yang tidak ada gunanya, akibatnya waktu yang biasa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif menjadi berkurang atau malah nggak jadi ngerjain sesuatu karena keasyikan menggunakan jejaring sosial.



· Menambah beban pengeluaran

Keberadaan jejaring sosial yang membuat remaja menganggap kepemlikan akun jejaring sosial itu adalah suatu hal yang wajib, memaksa remaja zaman sekarang ini harus memiliki media yang dapat mereka pergunakan untuk mengakses situs jejaring sosial tersebut seperti komputer atau handphone, sehingga untuk mendapatkan itu semua, seseorang tersebut harus merogoh kantong lebih dalam untuk mendapatkannya, dan itu pun belum cukup untuk dapat megakses situs jejaring sosial, ia masih harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk membeli pulsa sebagai sarana internet. Adapun cara lain adalah dengan pergi ke warnet, tapi untuk ke warnet, sesorang itu juga harus mengeluarkan uang, sehingga tanpa terasa sudah banyak uang yang ia keluarkan untuk hal yang sia-sia.



· Mengurangi konsentrasi belajar

Seorang pelajar yang sudah kecanduan berat dengan jejaring sosial, ia pasti akan banyak mengeluhkan kegiatan-kegiatan di sekolahnya. Ia tetap pergi sekolah, namun pikirannya melayang ke jejaring sosial. Guru yang berbicara di depan tidak dihiraukan karena pikirannya telah dipenuhi jejaring sosial. Bahkan banyak juga siswa siswa yang bolos untuk pergi ke warnet. Sehingga secara sadar maupun tidak sadar keberadaan jejaring sosial bisa mengaburkan konsentrasi belajar.



· Mengancam keamanan diri

Di telivisi sering sekali terdengar kasus penipuan yang asal mulanya dari jejaring sosial, bahkan tak hanya penipuan, jejaring sosial juga dapat menyebabkan bayak hal kriminal seperti kemalingan hingga pembunuhan. Oleh karena itu, jangan pernah sekali-kali anda terlalu memaparkan identitas diri, apalagi itu merupakan hal pribadi yang seharusnya tidak diketahui orang. Kalau perlu jangan menuliskan alamat rumah secara detail, karena bisa jadi ada perampok yang sudah siap menyergap rumah anda.



· Mengancam kesehatan

Seperti yang sudah disebutkan di depan, asyiknya bermain jejaring sosial menyebabkan seseorang lupa dengan waktu, sehingga ia dapat menghabiskan berjam-jam waktu nya hanya untuk mengurus hal yang tidak berguna tersebut. Lalu apakah hal tersebut dapat mengganggu kesehatan? Tentu saja bisa. Seseorang yang sudah kecanduan jejaring sosial otomatis ia akan lebih sering menghabiskan wktunya di depan layar monitor atau handphone, sehingga waktu makannya biasanya akan tertunda bahkan bisa jadi ia lebih memilih bermain jejaring sosial dibandingkan dengan makan, sehingga dalam hal ini jejaring sosial dapat menyebabkan penyakit mag. Ada pula orang yang kuat bergadang semalaman hanya untuk bermain jejaring sosial, dan hal tersebut sangat mengganggu kesehatan.



· Merenggangkan hubungan sesama

Banyak yang berpendapat bahwa jejaring sosial dapat mempererat hubungan sesama, pendapat tersebut memang benar, namun sejalan dengan itu, ternyata jejaring sosial juga dapat merenggangkan hubungan sesama. Mengapa demikian? Karena seseorang yang memiliki akun jejaring sosial biasanya memiliki banyak teman melalui dunia maya, namun karena itu pula lah, seseorang tersebut akan merasa bahwa temannya hanya ada di dunia maya, ia merasa teman dunia maya lebih penting dari teman di sebelah rumhnya, ia akan menganggap teman sebelah rumahnya sudah tidak penting lagi. Ia lebih mengurus teman dunia maya nya sehingga dapat melupakan teman lama.

Itu tadi adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan jejaring sosial, sebenarnya masih banyak lagi dampak negtif yang dapat ditumbulkan jejaring sosial ini.

Tapi sebenarnya tak sepenuhnya jejaring sosial itu berdampak negatif, ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dalam menggunakan jejaring sosial ini, dan seharusnya kita menggunakan jejaring sosial ini untuk mengambil manfaat-manfaat tersebut, bukan malah mencari banyak kerugian dengan tidak menghiraukan dampak buruk yang akan terjadi nantinya. Damapk positif yang dapat ditimbulkan jejaring sosial antara lain adalah

· Memperluas jaringan pertemanan

Jejaring sosial memang dapat memperluas pertemanan, kita dapat berhubungan dengan seseorang tanpa langsung bertatap muka dengannya, sekali pun orang yang tidak kita kenal. Kita dapat berbincang-bincang dan bertukar pikiran dengan orang yang tak kita kenal sebelumnya. Itulah keuntungan jejaring sosial yang patut kita ikuti, dengan catatan, jangan melupakan teman lama.



· Sebagai media dalam bisnis

Selain untuk memperluas pertemanan, jejaring sosial juga dapat digunakan untuk media dalam bisnis. Oleh karena itu, sering sekali terlihat ada sebuah iklan di jejaring sosial yang menawarkan barang-barang maupun jasa. Dan memang seharunya kita menggunakan jejaring sosial tersebut dalam hal-hal yang berguna tersebut, karena dengan jejaring sosial, informasi akan sangat cepat menyebar.



· Untuk memperoleh atau menyebarkan informasi

Jika saya membuka jejaring sosial, biasanya ada saja salah satu teman yang menyebarkan informasi, ada yang penting, dan ada pula yang tidak penting. Contohnya informasi mengenai berita yang sedang hangat, mengenai foto-foto yang lucu hingga yang unik, mengenai keadaan suatau tempat, dan banyak lagi. Dan perlu dicatat, bahwa informasi yang akan kita sebar tersebut, harus dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah itu pantas disebar ataukah tidak, dan yang lebih penting lagi, informasi itu harus baik.



· Mengembangkan keterampilan dan sosial

Anak dan remaja yang menggunakan jejaring sosial biasanya secara perlahan keteramilan teknis dan sosialnya akan berkembang. Mengkikuti perkembangan zaman yang semakin canggih, mereka akan belajar bagimana cara beradaptasi, bersosialisasi dengan publik, dan mengelola jaringan pertemanan.



Itu lah beberapa hal mengenai remaja dan jejaring sosial, semoga kalian semua dapat memahami apa saja dampak yang ditimbulkan dari jejaring sosial tersebut. Saya berharap kalian dapat menggunakan jejaring sosial tersebut dalam hal positif, jangan biarkan generasi muda kita rusak. Semoga sedikit informasi tadi dapat menginspirasi kalian, terutama kaum remaja.

Remaja dan jejaring Sosial

Masa remaja adalah masa yang paling rentan terhadap pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Bisa dikatakan remaja adalah masa-masa labil, dimana mereka belum bisa memilih yang mana jalan yang harus mereka pilih.

Sejalan dengan itu semua, kehidupan kita selalu lekat dengan perkembangan teknologi, apalagi dikalangan remaja, yang sangat berpengaruh sekali dengan kemajuan teknologi saat ini. Jejaring sosial adalah salah satu teknologi yang sangat besar pengaruhnya di kalangan remaja saat ini. Bahkan jejaring sosial saat ini sudah semakin berkembang pesat, antara lain, facebook, twitter, friendstar, my space dan masih banyak lagi.

Jejaring sosial merupakan sebuah web berbasis pelayanan yang memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat list pengguna yang tersedia, serta mengundang atau menerima teman untuk bergabung dalam situs tersebut.Tampilan dasar situs jejaring sosial ini menampilkan halaman profil pengguna, yang di dalamnya terdiri dari identitas diri dan foto pengguna. Dan jelas, kalangan remaja lah yang selalu pertama kali mengenal dan berlomba-lomba membuat akun di jejaring sosial ini.

Keberadaan jejaring sosial yang semakin mewabbah di kalangan remaja ini membuat banyak dari kalangan remaja yang menganggap bahwa kepemilikan akun jejaring sosial adalah hal yang wajib hukumnya, yang harus mereka miliki. Bagi mereka jejaring sosial ini seakan lebih penting dari sepiring nasi. Padahal pada faktanya jejaring sosial hanya menyebakan banyak masalah dan banyak menimbulkan dampak negatif. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan jejaring sosial antara lain adalah.

· Bikin kecanduan

Tak hanya narkoba yang dapat menyebabkan kecanduan, jejaring sosial juga ternyata dapat menyebabkan remaja kecanduan. Awlanya tidak memiliki akun di jejaring sosial, setelah mencoba ikut-ikutan teman dan membuat akun di jejaring sosial, pasti ia akan kecanduan dan akan senantiasa memikirkan jejaring sosial tersebut. kemudian saat bangun tidur, maka yang akan dipikirkan dan dilakukan pertama kali adalah membuka handphone untuk sekedar mengecek notifikasi facebook atau twitter. Wah betapa hebatnya peran jejaring sosial dalam mengendalikan remaja.



· Mengurangi waktu produktif

Jika sudah keasyikan membuka jejaring sosial, maka seseorang akan betah berlama-lama bahkan hingga berjam-jam di depan layar monitor atau pun layar handphone, nah kalau sudah demikian seseorang itu pasti tidak sadar betapa banyaknya waktu yang ia buang hanya sekdedar untuk mengurus akun jejaring sosial nya yang tidak ada gunanya, akibatnya waktu yang biasa digunakan untuk kegiatan yang lebih produktif menjadi berkurang atau malah nggak jadi ngerjain sesuatu karena keasyikan menggunakan jejaring sosial.



· Menambah beban pengeluaran

Keberadaan jejaring sosial yang membuat remaja menganggap kepemlikan akun jejaring sosial itu adalah suatu hal yang wajib, memaksa remaja zaman sekarang ini harus memiliki media yang dapat mereka pergunakan untuk mengakses situs jejaring sosial tersebut seperti komputer atau handphone, sehingga untuk mendapatkan itu semua, seseorang tersebut harus merogoh kantong lebih dalam untuk mendapatkannya, dan itu pun belum cukup untuk dapat megakses situs jejaring sosial, ia masih harus mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk membeli pulsa sebagai sarana internet. Adapun cara lain adalah dengan pergi ke warnet, tapi untuk ke warnet, sesorang itu juga harus mengeluarkan uang, sehingga tanpa terasa sudah banyak uang yang ia keluarkan untuk hal yang sia-sia.



· Mengurangi konsentrasi belajar

Seorang pelajar yang sudah kecanduan berat dengan jejaring sosial, ia pasti akan banyak mengeluhkan kegiatan-kegiatan di sekolahnya. Ia tetap pergi sekolah, namun pikirannya melayang ke jejaring sosial. Guru yang berbicara di depan tidak dihiraukan karena pikirannya telah dipenuhi jejaring sosial. Bahkan banyak juga siswa siswa yang bolos untuk pergi ke warnet. Sehingga secara sadar maupun tidak sadar keberadaan jejaring sosial bisa mengaburkan konsentrasi belajar.



· Mengancam keamanan diri

Di telivisi sering sekali terdengar kasus penipuan yang asal mulanya dari jejaring sosial, bahkan tak hanya penipuan, jejaring sosial juga dapat menyebabkan bayak hal kriminal seperti kemalingan hingga pembunuhan. Oleh karena itu, jangan pernah sekali-kali anda terlalu memaparkan identitas diri, apalagi itu merupakan hal pribadi yang seharusnya tidak diketahui orang. Kalau perlu jangan menuliskan alamat rumah secara detail, karena bisa jadi ada perampok yang sudah siap menyergap rumah anda.



· Mengancam kesehatan

Seperti yang sudah disebutkan di depan, asyiknya bermain jejaring sosial menyebabkan seseorang lupa dengan waktu, sehingga ia dapat menghabiskan berjam-jam waktu nya hanya untuk mengurus hal yang tidak berguna tersebut. Lalu apakah hal tersebut dapat mengganggu kesehatan? Tentu saja bisa. Seseorang yang sudah kecanduan jejaring sosial otomatis ia akan lebih sering menghabiskan wktunya di depan layar monitor atau handphone, sehingga waktu makannya biasanya akan tertunda bahkan bisa jadi ia lebih memilih bermain jejaring sosial dibandingkan dengan makan, sehingga dalam hal ini jejaring sosial dapat menyebabkan penyakit mag. Ada pula orang yang kuat bergadang semalaman hanya untuk bermain jejaring sosial, dan hal tersebut sangat mengganggu kesehatan.



· Merenggangkan hubungan sesama

Banyak yang berpendapat bahwa jejaring sosial dapat mempererat hubungan sesama, pendapat tersebut memang benar, namun sejalan dengan itu, ternyata jejaring sosial juga dapat merenggangkan hubungan sesama. Mengapa demikian? Karena seseorang yang memiliki akun jejaring sosial biasanya memiliki banyak teman melalui dunia maya, namun karena itu pula lah, seseorang tersebut akan merasa bahwa temannya hanya ada di dunia maya, ia merasa teman dunia maya lebih penting dari teman di sebelah rumhnya, ia akan menganggap teman sebelah rumahnya sudah tidak penting lagi. Ia lebih mengurus teman dunia maya nya sehingga dapat melupakan teman lama.

Itu tadi adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan jejaring sosial, sebenarnya masih banyak lagi dampak negtif yang dapat ditumbulkan jejaring sosial ini.

Tapi sebenarnya tak sepenuhnya jejaring sosial itu berdampak negatif, ada beberapa manfaat yang dapat kita ambil dalam menggunakan jejaring sosial ini, dan seharusnya kita menggunakan jejaring sosial ini untuk mengambil manfaat-manfaat tersebut, bukan malah mencari banyak kerugian dengan tidak menghiraukan dampak buruk yang akan terjadi nantinya. Damapk positif yang dapat ditimbulkan jejaring sosial antara lain adalah

· Memperluas jaringan pertemanan

Jejaring sosial memang dapat memperluas pertemanan, kita dapat berhubungan dengan seseorang tanpa langsung bertatap muka dengannya, sekali pun orang yang tidak kita kenal. Kita dapat berbincang-bincang dan bertukar pikiran dengan orang yang tak kita kenal sebelumnya. Itulah keuntungan jejaring sosial yang patut kita ikuti, dengan catatan, jangan melupakan teman lama.



· Sebagai media dalam bisnis

Selain untuk memperluas pertemanan, jejaring sosial juga dapat digunakan untuk media dalam bisnis. Oleh karena itu, sering sekali terlihat ada sebuah iklan di jejaring sosial yang menawarkan barang-barang maupun jasa. Dan memang seharunya kita menggunakan jejaring sosial tersebut dalam hal-hal yang berguna tersebut, karena dengan jejaring sosial, informasi akan sangat cepat menyebar.



· Untuk memperoleh atau menyebarkan informasi

Jika saya membuka jejaring sosial, biasanya ada saja salah satu teman yang menyebarkan informasi, ada yang penting, dan ada pula yang tidak penting. Contohnya informasi mengenai berita yang sedang hangat, mengenai foto-foto yang lucu hingga yang unik, mengenai keadaan suatau tempat, dan banyak lagi. Dan perlu dicatat, bahwa informasi yang akan kita sebar tersebut, harus dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah itu pantas disebar ataukah tidak, dan yang lebih penting lagi, informasi itu harus baik.



· Mengembangkan keterampilan dan sosial

Anak dan remaja yang menggunakan jejaring sosial biasanya secara perlahan keteramilan teknis dan sosialnya akan berkembang. Mengkikuti perkembangan zaman yang semakin canggih, mereka akan belajar bagimana cara beradaptasi, bersosialisasi dengan publik, dan mengelola jaringan pertemanan.



Itu lah beberapa hal mengenai remaja dan jejaring sosial, semoga kalian semua dapat memahami apa saja dampak yang ditimbulkan dari jejaring sosial tersebut. Saya berharap kalian dapat menggunakan jejaring sosial tersebut dalam hal positif, jangan biarkan generasi muda kita rusak. Semoga sedikit informasi tadi dapat menginspirasi kalian, terutama kaum remaja.

Acara nonton bareng yang diadakan Pesantren Media di Komplek Laladon Permai ternyata tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat sekitar. 

Untuk memperingati Bulan Muharram ini, Pesantren Media mengadakan acara ‘nonton bareng film Umar bin Khattab. Hingga saat ini (30/11) sudah 21 episode film Umar ditayangkan di Laladon Permai. Film yang menceritakan mengenai kisah perjuangan Islam ini, ditayangkan sebanyak 2 episode per malam. Hingga hari kesebelas ini, penonton film Umar terbilang masih sedikit. Selebaran yang telah disebarkan kepada masyarakat Laladon Permai ternyata tidak mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Laladon Permai ini. Terhitung, hingga saat ini, penontonnya hanya sekitar 3 sampai 5 orang ditambah seluruh santri pesantren Media yang memang diharuskan untuk mengikuti acara nonton bareng ini.

Saat ditanya, Oyok salah satu penonton rutin acara nonton bareng ini mengatakan bahwa ia menyukai film Umar bin Khattab ini karena menceritakan kisah zaman dahulu, yaitu mengenai Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam dan melawan orang-orang musyrik.

Dan Jika dilihat dari segi isi dan kualitas, film Umar ini memang sudah terbilang cukup bagus, bahkan sangat bagus. Film ini sepertinya benar-benar telah disetting untuk menggambarkan keadaan pada zaman Nabi Muhammad. Tokoh-tokoh pemeran film Umar pun terlihat sangat baik dalam memerankan tokohnya masing-masing. Dan adegan yang paling terlihat nyata sekaligus mendebarkan adalah pada saat adegan peperangan. Semuanya terlihat seperti tidak ada rekayasa, suara tebasan pedang yang terdengar nyata membuat peperangan itu seakan sedang terjadi di Laladon ini.

Pada awalnya, acara nonton bareng film Umar Bin khattab ini diadakan di lapangan Laladon Permai, di belakang Pos Satpam. Namun, lantaran akhir-akhir ini di Bogor selalu hujan, maka acara nonton bareng ini lebih sering diadakan di Masjid Nurul Iman, Komplek Laladon Permai. Dari 11 malam yang sudah dilalui, 9 diantaranya ditayangkan di Masjid Nurul Iman, dan baru 2 kali di lapangan.

Acara nonton bareng film Umar bin Khattab ini ditayangkan setiap malam kecuali malam Jum’at ba’da sholat Isya di lapangan atau pun di Masjid Nurul Iman jika hujan. Seperti yang sudah disebutkan di depan tadi, setiap malamnya ditayangkan sebanyak 2 episode. Adapun hidangan yang disediakan dari pihak pesantren Media adalah bandrek susu, minuman hangat yang terbuat dari jahe kemudian ditambah susu.

Untuk lebih memeriahkan dan menambah semangat para penonton, Ustad Umar selaku direktur Pesantren Media sekaligus penggagas acara nonton bareng ini, mengadakan quiz berhadiah untuk para penonton. Quiz yang berisi mengenai pertanyaan seputar film Umar ini diadakan setelah usai 2 episode film Umar. Setiap malamnya, ada 5 pemenang yang berhak mendaptkan hadiah. Hadiah yang diberikan oleh para pemenang memanglah tidak besar, namun sudah cukup untuk membuat para penonton berlomba-lomba menjawab pertanyaan dari Ustad Umar ini. Hadiah yang diperebutkan adalah satu bungkus beng-beng/tango untuk setiap pemenang.

Pada dasarnya, acara nonton bareng ini diadakan agar masyarakat sekitar dapat mengetahui bagaimana perjuangan penyebaran Islam pada zaman Nabi Muhammad, sekaligus sebagai pelajaran siroh nabawi bagi Santri Pesantren Media. Namun sayanganya, antusiasme warga Komplek Laladon Permai ini sangatlah kurang. Jumlah penonton yang selalu sedikit setiap malam sudah menggambarkan bagaimana kurangnya antusias warga Laladon Permai ini.

Ini adalah sebauh tulisan yang juga merupakan bagian dari tugas membuat reportase di kelas menulis kreatif Pesantren Media. (ahmad khoirul anam)

Sekilas Peperangan di Laladon Permai

Acara nonton bareng yang diadakan Pesantren Media di Komplek Laladon Permai ternyata tidak mendapat respon yang baik dari masyarakat sekitar. 

Untuk memperingati Bulan Muharram ini, Pesantren Media mengadakan acara ‘nonton bareng film Umar bin Khattab. Hingga saat ini (30/11) sudah 21 episode film Umar ditayangkan di Laladon Permai. Film yang menceritakan mengenai kisah perjuangan Islam ini, ditayangkan sebanyak 2 episode per malam. Hingga hari kesebelas ini, penonton film Umar terbilang masih sedikit. Selebaran yang telah disebarkan kepada masyarakat Laladon Permai ternyata tidak mendapat respon yang cukup baik dari masyarakat Laladon Permai ini. Terhitung, hingga saat ini, penontonnya hanya sekitar 3 sampai 5 orang ditambah seluruh santri pesantren Media yang memang diharuskan untuk mengikuti acara nonton bareng ini.

Saat ditanya, Oyok salah satu penonton rutin acara nonton bareng ini mengatakan bahwa ia menyukai film Umar bin Khattab ini karena menceritakan kisah zaman dahulu, yaitu mengenai Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam dan melawan orang-orang musyrik.

Dan Jika dilihat dari segi isi dan kualitas, film Umar ini memang sudah terbilang cukup bagus, bahkan sangat bagus. Film ini sepertinya benar-benar telah disetting untuk menggambarkan keadaan pada zaman Nabi Muhammad. Tokoh-tokoh pemeran film Umar pun terlihat sangat baik dalam memerankan tokohnya masing-masing. Dan adegan yang paling terlihat nyata sekaligus mendebarkan adalah pada saat adegan peperangan. Semuanya terlihat seperti tidak ada rekayasa, suara tebasan pedang yang terdengar nyata membuat peperangan itu seakan sedang terjadi di Laladon ini.

Pada awalnya, acara nonton bareng film Umar Bin khattab ini diadakan di lapangan Laladon Permai, di belakang Pos Satpam. Namun, lantaran akhir-akhir ini di Bogor selalu hujan, maka acara nonton bareng ini lebih sering diadakan di Masjid Nurul Iman, Komplek Laladon Permai. Dari 11 malam yang sudah dilalui, 9 diantaranya ditayangkan di Masjid Nurul Iman, dan baru 2 kali di lapangan.

Acara nonton bareng film Umar bin Khattab ini ditayangkan setiap malam kecuali malam Jum’at ba’da sholat Isya di lapangan atau pun di Masjid Nurul Iman jika hujan. Seperti yang sudah disebutkan di depan tadi, setiap malamnya ditayangkan sebanyak 2 episode. Adapun hidangan yang disediakan dari pihak pesantren Media adalah bandrek susu, minuman hangat yang terbuat dari jahe kemudian ditambah susu.

Untuk lebih memeriahkan dan menambah semangat para penonton, Ustad Umar selaku direktur Pesantren Media sekaligus penggagas acara nonton bareng ini, mengadakan quiz berhadiah untuk para penonton. Quiz yang berisi mengenai pertanyaan seputar film Umar ini diadakan setelah usai 2 episode film Umar. Setiap malamnya, ada 5 pemenang yang berhak mendaptkan hadiah. Hadiah yang diberikan oleh para pemenang memanglah tidak besar, namun sudah cukup untuk membuat para penonton berlomba-lomba menjawab pertanyaan dari Ustad Umar ini. Hadiah yang diperebutkan adalah satu bungkus beng-beng/tango untuk setiap pemenang.

Pada dasarnya, acara nonton bareng ini diadakan agar masyarakat sekitar dapat mengetahui bagaimana perjuangan penyebaran Islam pada zaman Nabi Muhammad, sekaligus sebagai pelajaran siroh nabawi bagi Santri Pesantren Media. Namun sayanganya, antusiasme warga Komplek Laladon Permai ini sangatlah kurang. Jumlah penonton yang selalu sedikit setiap malam sudah menggambarkan bagaimana kurangnya antusias warga Laladon Permai ini.

Ini adalah sebauh tulisan yang juga merupakan bagian dari tugas membuat reportase di kelas menulis kreatif Pesantren Media. (ahmad khoirul anam)
ini adalah Diskusi Aktual Pesantren Media. Rabu, 10 Oktober 2012 

Hak rakyat menikmati fasilitas pelayanan publik yang lebih baik ternyata semakin tahun terus-menerus dibajak oleh pemerintahnya sendiri. Seperti yang diberitakan di koran KOMPAS edisi Rabu 8 Oktober 2012, yang berisi mengenai pengendapan uang anggaran APBD di Bank yang setiap tahun semakin meningkat. Dalam laporan itu disebutkan juga, berdasarkan data kementrian keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD yang mengendap di Bank pada akhir tahun 2002 sebanyak 22 Triliun Rupiah, pada akhir tahun 2009 sebanyak 59 Triliun Rupiah, dan Akhir Desember 2011 meroket menjadi 80,4 Trilun Rupiah. Wah jelas sekali, bahwa hak rakyat memang terus-menerus dibajak oleh pemerintah, Uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan daerah, malah disimpan di bank yang entah apa tujuannya.

Dengan adanya data itulah, pada diskusi kali ini, Rabu 10 Oktober 2012, Pesantren Media mengambil judul ‘Ternyata 80 Triliun Uang APBD Ngendap di Bank’. Seperti biasanya, diskusi ini diadakan di lantai dasar Pesantren Media dengan dihadiri Ustad Umar sebagai moderator atau pemimpin diskusi, aku(Ahmad Khoirul Anam) sebagai notulen, dan juga dihadiri oleh seluruh santri Pesantren media, kecuali Kak Farid yang sedang pulang karena ada suatu urusan. Dan tidak seperti biasanya Ustad Oleh tidak hadir dalam diskusi kali ini.

Diskusi pun dimulai, seperti bisanya selalu dibuka oleh Moderator, begitu juga pada diskusi kali ini. Sebagai pembukaan, Ustad Umar menjelaskan betapa terkejutnya beliau saat pertama kali membaca berita ini dari koran KOMPAS. Kok bisa gini? Beliau hampir tidak percaya, dan beliau menambahkan jika dirinya luar biasa terkejut saat membaca berita ini. Ternyata sebenarnya masyarakat ini memiliki banyak uang. Hanya saja pemerintah tidak menggunakan uang ini untuk kebutuhan masyarakat yang masih banyak memerlukannya, tapi pemerintah malah menyimpan uang ini ke bank, padahal kebutuhan daerah dan masyarakat masih belum terpenuhi semua.

Kemudian diskusi pun dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. “Ayo siapa yang mau bertanya angkat tangannya, jangan angkat kaki, kalau angkat tangan pakai tangan kanan ya?” seperti biasa Ustad Umar selalu bercanada, jadi diskusi ini menjadi lebih seru.

Hampir seluruh santri mengangkat tangan, karena rata-rata dari mereka sudah mempersiapkan pertanyaan dari rumah. Tapi tetap ada saja yang tidak bertanya, termasuk aku. Karena sejujurnya aku masih bingung dengan tema yang diangkat kali ini, maksud nya apa?

Lupakan tentang itu. karena sekarang adalah waktunya membacakan pertanyaaan.

“Ayo, yang akhwat duluan, bacakan pertanyaannya!”

Satu-persatu pertanyaan pun dibacakan.

Yang pertama dibacakan adalah pertanyaan Putri. “Untuk apa pemerintah menyimpan uang APBD ini di bank?”

Kemudian pertanyaan dari Wigati. “bagaimana cara pemerintah mengatasi masalah penyimpanan uang APBD di bank ini?”

Dan pertanyaan yang paling singkat, berasal dari Cylpa. “Apa fungsi APBD?”

Kemudian masih dari santri akhwat, kali ini pertanyaan dari novia. “ Siapa yang menyimpan uang APBD di bank, dan bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?”

Pertanyaa dari Siti. “Mengapa masalah ini bisa terjadi?”

Dari dini yang pertanyaannya agak sulit kutangkap, karena seperti biasa penjelasannya yang selalu panjang lebar dan rumit, namun Ustad Umar selaku moderator pun mengulangi lagi pertanyaannya. “mengapa maslah APBD ini selalu menjadi masalah klasik di Indonesia?”

“APBD ini dibangun untuk membiayai masyarakat atau untuk membiayai belanja pegawai?” Hal ini ditanyakan oleh Mayla.

Sebelum pertanyaan dilanjutkan, Ustad Umar bertanya kepada kami semua. “Siapa yang orang tuanya PNS, ayo angkat tangannya?”

Tidak terlalu banyak santri yang mengangkatkan tangannya, bahkan dari ikhwan sepertinya tidak ada yang mengangkatkan tangannya, mungkin tidak ada diantara mereka yang orang tuanya adalah seorang PNS.

Lalu Ustad Umar bertanya lagi. “Siapa yang orang tuanya pegawai swasta?”

Lagi-lagi hanya sedikit yang mengangkat tangan.

“Siapa yang orang tuanya Wirausaha?”

Barulah banyak santri yang mengangkat tangannya, termasuk aku dan santri ikwan lainnya, karena setahu aku semua antri ikhwan mengangkat tangannya.

Ada yang bertanya. “Wirausaha itu apa Ustad?”

“Wirausaha itu orang yang membuka lapangan pekerjaan sendiri, bahakn tambal ban juga termasuk wirausaha.” Ustad Umar menjelaskan.

Kemudian sesi pertanyaan pun dilanjutkan, dan masih pertanyaan dari santri akhwat.

Dan ini adalah pertanyaan yang terakhir dari akhwat, yaitu dari Rani. “dampak apa yang terjadi jika APBD tidak dkeluarkan ?”

Semua pertanyaan akhwat sudadh dibajakan, selanjutnya adalah membacakan pertanyaan dari Ikhwan.

“Nah sekarang giliran yang ikhwan untuk bertanya, yang mau bertanya angkat tangan!” Perintah Ustad Umar.

Sama hal nya dengan akhwat, tidak semua santri ikhwan bertanya. Dari tujuh orang yang hadir, hanya 3 orang yang bertanya. yaitu dari Yasin, Musa, dan Hawari. Masing-masing dari mereka bertanya

“Bagaimana cara mengatasi masalah pengendapan uang APBD di bank ini.”

“mengapa uang sebesar 80 triliun ini disimpan di bank, dan tidak digunakan untuk kepentingan rakyat?”

“Di bank mana dana APBD itu disimpan, mengapa pemerintah tidak memiliki cara yang lebih kreatif untuk mengembangkan uang APBD dibanding hanya dengan mencari bunga bank dari simpanan dana APBD?” pertanyaan ini dari Hawari, dan seperti biasa pertanyaannya selalu lebih panjang dari yang lain, dan pertanyaannya selalu lebih kreatif.

Semua pertanyaan sudah dibacakan, selanjutnya masuk dalam sesi diskusi, alias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditanyakan barusan. Seperti biasa yang didahulukan untuk dijawab pertanyaan yang dinilah lebih mudah untuk djawab atau pertanyaan yang memiliki bobot paling ringan.

Karena pertanyaan dari Cylpa dinilai paling mudah dijawab, maka pertanyaan yang pertama dijawab adalah pertanyaan dari Cylpa, yang menanyakan mengenai fungsi APBD.

“Yang mau jawab angkat tangannya tinggi-tinggi?”

Sepertinya tidak ada yang mengangkat tangan.

Karena tidak ada yang mau menjawab, jadi Ustad Umar lah yang menjawab. Dimulai dari menjelaskan mengenai kepanjangan APBD yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, lalu penjelasan pun dilanjutkan. Anggaran itu apa? Anggaran itu adalah dana yang sudah disediakan atau yang dipatok baik untuk pendapatan maupun dana yang disediakan untuk keperluan disuatu daerah. Lalu fungsinya apa? Agar pemerintah punya target pendapatannya berapa dan punya target stok uang yang akan dibelanjakan untuk daerah itu. itulah fungsi APBD menurut penjelasan dari Ustad Umar.

“Tadi ada yang bertanya. Mengapa uang anggaran APBD itu disimpan bank, nah siapa yang bisa jawab, angkat tangannya?” Tanya Ustad Umar.

Sambil mengangkat tangannya, Hawari langsung menjawab pertanyaan dari putri ini.

“karena bank menyediakan bunga.”

“yaa, benar sekali, karena bank menyediakan bunga.” Ustad Umar megulangi jawaban dari Hawari. Dan Usatad Umar menambahkan bahwa yang paling besar mendapat bunganya adalah simpanan berjangka atau depositem sedangkan yang paling kecil bunganya adalah Giro.

“Lalu yang kedua karena apa? Ada kemungkinan Karena pemerintah itu tidak bisa memanfaatkan uang yang sudah ada, pemerintah tidak kreatif. Dan yang ketiga diduga kuat ada kongkalikong atau adanya persekongkolan antara penguasa daerah dengan bank, karena bank nanti akan memberi bonus kepada pemerintah yang mau menaruh atau menyimpan uang dibanknya. Lalu di bank mana biasanya menyimpan uang ini? Ya sekalian menjawab pertanyaan dari Hawari. Biasanya disimpan di bank BPD(Bank Pembangunan Daerah). Dan yang keempat, karena pemerintah tidak kreatif, mereka ingin mendapatakn uang walaupun itu uang haram, dari hasil bunga bank.”

Setelah pertanyaan itu terjawab, Kemudian beralih ke pertanyaan selanjutnya. pertanyaan dari Wigati. “Lalu bagaimana cara pemerintah mengatasi hal tersebut?”

Seperti biasanya Ustad Umar selalu menawarkan terlebih dahulu kepada kami. “Siapa yang bisa menjawabnya, hayo bagaimana caranya?”

Tidak ada yang mau menjawab.

Akhirnya Ustad Umar yang menjawabnya. “Kalau dalam Islam, jika memang betul suatu daerah itu sudah memenuhi kebutuhan rakyat di daerahnya artinya benar-benar terpenuhi, maka dana lebih itu bisa dialihkan ke provinsi yang lain yang membutuhkan. Tapi masalahnya fakta nya nggak begitu, faktanya saat ini adalah kebutuhan rakyat di daerah itu saja tidak terpenuhi karena duitnya malah banyak yang disimpan di bank, tidak dipakai untuk pembangunan. Jadi apakah pemerintah pusat itu bisa menyelesaikan maslalah ini? FAKTANYA TIDAK BISA.”

Dengan tegas Ustad Umar berkata demikian. Dan ia juga menambahkan bahwa pemerintah itu paling hanya bisa menghimbau.

Lalu berlanjut ke pertanyaan selanjutnya.”Siapa yang menyimpan uang APBD itu di bank?” ini adalah salah satu pertanyaan dari Novia, ia menanyakan dua pertanyaan.

Ustad Umar menjawab pertanyaan itu, tapi sebelumnya ia kembali menawarkan kepada kami untuk menjawabnya. Tapi tidak ada yang mau mengangkatkan tangannya.

“Jadi yang menyimpan uang itu di bank adalah bendaharanya, tapi atas persetujuan kepala daerah provinsi, yaitu Gubernur.” Jawaban yang singkat dari Ustad Umar.

Beralih ke pertanyaan selanjutnya dari Siti. “Mengapa masalah penyimpanana APBD di bank ini bisa terjadi?”

“Ayo siapa yang mau menjawab pertanyaan ini. Mengapa masalah ini bisa terjadi?”

“Masak gak tahu, tadi kan sudah dibahas sebelumya. Satu karena di bank mnyediakan bunga, yang kedua karena pemerintah tidak kreatif. Lalu kenapa pemerintah itu tidak kreatif, seperti yang ditanyakan Hawari? Itu karena pemerintah itu bodoh, meyalurkan uang begitu saja tidak bisa. Kalau susah-susah, bayarin saja semua pelajar-pelajar itu, kesehatan itu digratisin saja semuanya, bayarin obat-obatannya, kan selesai.”

“Lalu pertanyaan selanjutnya apa Nam?” Tanya Ustad Umar kepadaku.

“Mengapa masalah APBD ini selalu menjadi masalah yang klasik.”

“Mengapa? Karena adanya aspek ribawi, alias adanya bank-bank yang menyediakan bunga, jika tidak ada bung pasti tidak menyimpan di bank.” Jelas Ustad Umar kepada kami.

Saat diskusi sedang berlangsung sekitar setengah 40 menit, tiba-tiba hujan pun turun, hujan sedikit mengganggu diskusi ini. Selain suara kami jadi susah terdengar, diskusi juga harus ditunda untuk beberapa saat, karena santri akhwatnya harus mempersiapkan kamar-kamarnya yang bocor.

Beberapa menit kemudian, setelah semua santri telah siap, diskusi pun dilanjutkan dengan beralih ke pertanyan selanjutnya. “APBD itu sebenarnya dibangun untuk membiayai masyarakat atau membiayai gaji pegawai.”

“Siapa yang mau jawab?”

Abdullah, salah satu anak dari Ustad Umar yang besokalah di homeschooling pun mencoba untuk menjawab pertanyaan itu. “Aku tahu bi, sebenarnya untuk masyarakat tapi malah digunakan untuk pegawai.”

Tenyata jawaban dari Abdullah itu tidak benar, Ustad Umar membenarkan jawabannya. Menurutnya yang benar itu adalah untuk kedua-duanya, ada yang namanya belanja tetap dan ada yang namanya belanja tidak tetap. Beliau lalu menambahkan, contoh belanja yang tetap adalah seperti gaji pegawai, gaji PNS. Gaji PNS itu sebagian diambil dari APBD dan ada juga yang dimabil dari APBN, terus yang termasuk bekanja tetap yang lainnya seperti biaya pensiun, biaya rapat-rapat dan yang lainnya. Kemudia beliau juga menyebutkan contoh-contoh belanja yang tidak tetap adalah seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Tapi yang sering terjadi biaya tidak tetap ini malah sering terabaikan, akhirnya pembangunan yang seharusnya banyak dilakukan malah tidak bisa diterapkan, padahal sebenarnya di dalam Islam itu, rumah-rumah penduduk yang sudah ambruk itu seharusnya dibangun kembali menggunkaan uang daerah. Begitu juga kerusakan yang terjadi karena bencana-bencana.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah. “dampak apa yang terjadi jika APBD tidak dikeluaran?”

Mungkin Ustad Umar lupa menawarkan pertanyaan itu kepada kami, sehingga ia langsung menjawab pertanyaan itu tanpa menawarkannya terlebih dahulu. “sebenarnya pertanyaan yang tepat adalah mengapa APBD itu tidak semua dikeluarkan? APBD itu sebenarnya dikeluarkan, tapi selalu saja ada yang disisakkan. dan akibatnya daerah itu tidak akan berkembang, contohnya jalannya itu-itu saja, jumlah jalan tetap padahal jumlah penduduk dan jumlah kendaraan semakin banyak. Pendidikannya juga tidak berkembang, malahan sekarang yang berkembang itu adalah sekolah swasta. Terus juga akibat yang lain adalah hidup terasa semakin sulit, selain itu juga uang itu nanti akan menjadi rebutan kepala daerah, karena kepala daerahnya pasti diduga kuat mendapat bonus dari bank BPD.

Diskusi sempat ditunda sebentar, karena sang Moderator perlu ke toilet.

Tak lama kemudian, diskusi pun dilanjutkan.

Pertanyaan selanjtunya adalah pertanyaan dari Hawari. “Mengapa pemerintah tidak kreatif dalam menggunakan uang APBD ini?”

Seperti biasanya Ustad Umar selalu menawarkan. “siapa yang mau menjawab pertanyaan ini?”

Lalu Taqi yang juga salah satu anak dari Ustad Umar yang juga bersekolah di homeschooling pun mengangkat tangannya, pertanda ia mau menjawabnya.

”karena mereka tidak sekolah.”

“kata Taqi tadi karena mereka tidak sekolah. Salah jawabannya, banyak orang yang sekolah tapi tidak kreatif, dan banyak orang yang tidak sekolah tapi malah justru lebih kreatif. Lalu Kenapa? Karena malas tidak mau belajar, hanya ingin berkuasa, dan juga karena tidak tahu bagaimana cara mengembangkan uang secara Islami, seperti membuat industri, atau seharusnya pemerintah bekerja sama dengan rakyatnya yang perlu di modali, misalnya usaha-usaha kecil, kan masih banyak petani-petani dan perkebunan yang masih memerlukan modal. Atau yang lain contohnya seperti kemarin, pembuatan mobil esemka yang mendapat modal dari pemerintah, supaya harga mobilnya murah, gak sampai ratusan juta. Jalan-jalan juga dibuat, supaya tidak macet, pasar-pasar dibuat. Kan uangnya bisa habis, daripada dismpan di bank.” Ustad Umar memebetulkan jawaban dari Taqi.

“Lalu pertanyaan selanjutnya apa Nam?”

Sebagai Notulen aku membacakan pertanyaan selanjutnya, pertanyaan yang berasal dari yasin. “Bagaimana cara mengatasi masalah pengendapan uang APBD?”

“Ya, cara mengatasi nya sebenarnya gampang, hilangkan saja BPD (Bank Pemabnguan Daerah). Kalau pun ada BPD tidak boleh dengan riba, atau dengan bunga. Jadi pemerintah pasti tidak mau menaruh uangnya di Bank. Yang kedua uang itu harus diawasi agar semuanya habis terpakai pada tahun itu untuk kepentingan rakyat. Caranya bagaimana? Cara nya pemerintahnya harus tahu cara mengelola uang untuk kepentingan masyarakat agar berkmebang. Kalau gak bisa lagi, kasih aja ke fakir miskin yang masih banyak membutuhkan. Jadi uangnya dapat bermanfaat daripada hanya disimpan di bank.”

Pertanyaan yag harus djawab selanjutnya adalah pertanyaan dari Musa. “mengapa uang sebesar 80 triliun ini disimpan di bank, dan tidak digunakan untuk kepentingan rakyat?”

Karena maghrib tinggal bebrapa menit, Ustad Umar langsung saja menjawabnya. “Tadi juga sudah dibahas kan. Karena pemerintah tidak kreatif dalam mengelola uang, pemerintah tidak mau belajar cara memanfaatkan uang yang Islami, pemerintah tidak tahu cara mengelolah uang yang sudah ada, atau juga diduga kuat ada kongkalikong dengan pihak bank.”

Diskusi berjalan semakin terburu-buru, karen amengejar waktu yang sebentar lagi maghrib.

Dan pertanyaan yang terakhir adalah dari Novia. “Bagaimaa pandangan Islam mengnai hal ini?”

“Ayo siapa yang mau jawab?” Ustad Umar menawarkan kepada kami.

Karena tidak ada yang menjawab, maka beliau menjawabnya. “Dalam Islam, jelas sekali tidak boleh menyimpan uang rakyatnya di bank, bahkan menyimpan di kas negara pun tidak dibolehkan. Rasulullah pernah suatu saat, habis sholat, sesudah salam Rasulullah langsung meloncat. Rasulullah teringat kalau dirumahnya masih ada satu dinar yang masih disimpan dirumah Rasulullah, dan belum diberikan ke fakir miskin.”

“Jadi tidak boleh menyimpan uang rakyat di bank, kalaupun ada yang disimpan itu hanya untuk persiapan jika terjadi bencana. Selain dari itu didistribusikan semuanya. Kalau semua nya sudah dimodalin tapi uang nya masih sisa gimana? Gampang, seperti yang saya bilang tadi kasikan saja ke fakir miskin atau yang membutuhkan. Bahkan pernah dulu pada zaman Umar bin Abdul Azis ia memberikan uang/modal kepada laki-laki yang belum nikah, agar cepat-cepat nikah. Dan jika masih lebih juga, uangnya bisa digunakan untuk membebaskan budak yang belum merdeka baik yang didalam negeri maupun yang diluar negeri. Sehingga dimasa Islam, orang itu kaya-kaya. Karena rakyat tidak pernah dikenai pajak, karena didalam Islam tidak ada yang namanya pa pajak, yang ada zakat, jiziah(upeti orang kafir yang hidup dalam negara Islam).” Begitulah Ustad Umr menerangkannya.

Semua pertanyaan telah terjawab, dan dengan djawabnya pertanyaan terakhir ini oleh Ustad Umar, diskusi pun ahkhirnya selesai setelah terdengar azan Maghrib. Diskusi itu diakhiri dengan membaca kafaratul majlis bersama-sama.

Jadi, saya sebagai notulen menyimpulkan. Pemerintah itu sebenarnya sudah salah karena menyimpan uang APBD di bank, seharusnya uang itu disaluran untuk kebutuhan daerah dan masyrakat karena masih banya daerah-daerah yang belum memnuhi kebutuhannya . Di dalam Isalm tidak dibenarkan menyimpan uang rakyat di bank atau pun di kas negara. Seharusnya pemerintah harus lebih kreatif dalam mengelola uang APBD ini, tidak malah ditaruh di bank.”

itulah diskusi kali ini rabu 10 Oktober 2012.

Ternyata 80 Triliun uang APBD Ngendap di Bank

ini adalah Diskusi Aktual Pesantren Media. Rabu, 10 Oktober 2012 

Hak rakyat menikmati fasilitas pelayanan publik yang lebih baik ternyata semakin tahun terus-menerus dibajak oleh pemerintahnya sendiri. Seperti yang diberitakan di koran KOMPAS edisi Rabu 8 Oktober 2012, yang berisi mengenai pengendapan uang anggaran APBD di Bank yang setiap tahun semakin meningkat. Dalam laporan itu disebutkan juga, berdasarkan data kementrian keuangan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau APBD yang mengendap di Bank pada akhir tahun 2002 sebanyak 22 Triliun Rupiah, pada akhir tahun 2009 sebanyak 59 Triliun Rupiah, dan Akhir Desember 2011 meroket menjadi 80,4 Trilun Rupiah. Wah jelas sekali, bahwa hak rakyat memang terus-menerus dibajak oleh pemerintah, Uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan masyarakat dan daerah, malah disimpan di bank yang entah apa tujuannya.

Dengan adanya data itulah, pada diskusi kali ini, Rabu 10 Oktober 2012, Pesantren Media mengambil judul ‘Ternyata 80 Triliun Uang APBD Ngendap di Bank’. Seperti biasanya, diskusi ini diadakan di lantai dasar Pesantren Media dengan dihadiri Ustad Umar sebagai moderator atau pemimpin diskusi, aku(Ahmad Khoirul Anam) sebagai notulen, dan juga dihadiri oleh seluruh santri Pesantren media, kecuali Kak Farid yang sedang pulang karena ada suatu urusan. Dan tidak seperti biasanya Ustad Oleh tidak hadir dalam diskusi kali ini.

Diskusi pun dimulai, seperti bisanya selalu dibuka oleh Moderator, begitu juga pada diskusi kali ini. Sebagai pembukaan, Ustad Umar menjelaskan betapa terkejutnya beliau saat pertama kali membaca berita ini dari koran KOMPAS. Kok bisa gini? Beliau hampir tidak percaya, dan beliau menambahkan jika dirinya luar biasa terkejut saat membaca berita ini. Ternyata sebenarnya masyarakat ini memiliki banyak uang. Hanya saja pemerintah tidak menggunakan uang ini untuk kebutuhan masyarakat yang masih banyak memerlukannya, tapi pemerintah malah menyimpan uang ini ke bank, padahal kebutuhan daerah dan masyarakat masih belum terpenuhi semua.

Kemudian diskusi pun dilanjutkan dengan sesi pertanyaan. “Ayo siapa yang mau bertanya angkat tangannya, jangan angkat kaki, kalau angkat tangan pakai tangan kanan ya?” seperti biasa Ustad Umar selalu bercanada, jadi diskusi ini menjadi lebih seru.

Hampir seluruh santri mengangkat tangan, karena rata-rata dari mereka sudah mempersiapkan pertanyaan dari rumah. Tapi tetap ada saja yang tidak bertanya, termasuk aku. Karena sejujurnya aku masih bingung dengan tema yang diangkat kali ini, maksud nya apa?

Lupakan tentang itu. karena sekarang adalah waktunya membacakan pertanyaaan.

“Ayo, yang akhwat duluan, bacakan pertanyaannya!”

Satu-persatu pertanyaan pun dibacakan.

Yang pertama dibacakan adalah pertanyaan Putri. “Untuk apa pemerintah menyimpan uang APBD ini di bank?”

Kemudian pertanyaan dari Wigati. “bagaimana cara pemerintah mengatasi masalah penyimpanan uang APBD di bank ini?”

Dan pertanyaan yang paling singkat, berasal dari Cylpa. “Apa fungsi APBD?”

Kemudian masih dari santri akhwat, kali ini pertanyaan dari novia. “ Siapa yang menyimpan uang APBD di bank, dan bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?”

Pertanyaa dari Siti. “Mengapa masalah ini bisa terjadi?”

Dari dini yang pertanyaannya agak sulit kutangkap, karena seperti biasa penjelasannya yang selalu panjang lebar dan rumit, namun Ustad Umar selaku moderator pun mengulangi lagi pertanyaannya. “mengapa maslah APBD ini selalu menjadi masalah klasik di Indonesia?”

“APBD ini dibangun untuk membiayai masyarakat atau untuk membiayai belanja pegawai?” Hal ini ditanyakan oleh Mayla.

Sebelum pertanyaan dilanjutkan, Ustad Umar bertanya kepada kami semua. “Siapa yang orang tuanya PNS, ayo angkat tangannya?”

Tidak terlalu banyak santri yang mengangkatkan tangannya, bahkan dari ikhwan sepertinya tidak ada yang mengangkatkan tangannya, mungkin tidak ada diantara mereka yang orang tuanya adalah seorang PNS.

Lalu Ustad Umar bertanya lagi. “Siapa yang orang tuanya pegawai swasta?”

Lagi-lagi hanya sedikit yang mengangkat tangan.

“Siapa yang orang tuanya Wirausaha?”

Barulah banyak santri yang mengangkat tangannya, termasuk aku dan santri ikwan lainnya, karena setahu aku semua antri ikhwan mengangkat tangannya.

Ada yang bertanya. “Wirausaha itu apa Ustad?”

“Wirausaha itu orang yang membuka lapangan pekerjaan sendiri, bahakn tambal ban juga termasuk wirausaha.” Ustad Umar menjelaskan.

Kemudian sesi pertanyaan pun dilanjutkan, dan masih pertanyaan dari santri akhwat.

Dan ini adalah pertanyaan yang terakhir dari akhwat, yaitu dari Rani. “dampak apa yang terjadi jika APBD tidak dkeluarkan ?”

Semua pertanyaan akhwat sudadh dibajakan, selanjutnya adalah membacakan pertanyaan dari Ikhwan.

“Nah sekarang giliran yang ikhwan untuk bertanya, yang mau bertanya angkat tangan!” Perintah Ustad Umar.

Sama hal nya dengan akhwat, tidak semua santri ikhwan bertanya. Dari tujuh orang yang hadir, hanya 3 orang yang bertanya. yaitu dari Yasin, Musa, dan Hawari. Masing-masing dari mereka bertanya

“Bagaimana cara mengatasi masalah pengendapan uang APBD di bank ini.”

“mengapa uang sebesar 80 triliun ini disimpan di bank, dan tidak digunakan untuk kepentingan rakyat?”

“Di bank mana dana APBD itu disimpan, mengapa pemerintah tidak memiliki cara yang lebih kreatif untuk mengembangkan uang APBD dibanding hanya dengan mencari bunga bank dari simpanan dana APBD?” pertanyaan ini dari Hawari, dan seperti biasa pertanyaannya selalu lebih panjang dari yang lain, dan pertanyaannya selalu lebih kreatif.

Semua pertanyaan sudah dibacakan, selanjutnya masuk dalam sesi diskusi, alias menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditanyakan barusan. Seperti biasa yang didahulukan untuk dijawab pertanyaan yang dinilah lebih mudah untuk djawab atau pertanyaan yang memiliki bobot paling ringan.

Karena pertanyaan dari Cylpa dinilai paling mudah dijawab, maka pertanyaan yang pertama dijawab adalah pertanyaan dari Cylpa, yang menanyakan mengenai fungsi APBD.

“Yang mau jawab angkat tangannya tinggi-tinggi?”

Sepertinya tidak ada yang mengangkat tangan.

Karena tidak ada yang mau menjawab, jadi Ustad Umar lah yang menjawab. Dimulai dari menjelaskan mengenai kepanjangan APBD yaitu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, lalu penjelasan pun dilanjutkan. Anggaran itu apa? Anggaran itu adalah dana yang sudah disediakan atau yang dipatok baik untuk pendapatan maupun dana yang disediakan untuk keperluan disuatu daerah. Lalu fungsinya apa? Agar pemerintah punya target pendapatannya berapa dan punya target stok uang yang akan dibelanjakan untuk daerah itu. itulah fungsi APBD menurut penjelasan dari Ustad Umar.

“Tadi ada yang bertanya. Mengapa uang anggaran APBD itu disimpan bank, nah siapa yang bisa jawab, angkat tangannya?” Tanya Ustad Umar.

Sambil mengangkat tangannya, Hawari langsung menjawab pertanyaan dari putri ini.

“karena bank menyediakan bunga.”

“yaa, benar sekali, karena bank menyediakan bunga.” Ustad Umar megulangi jawaban dari Hawari. Dan Usatad Umar menambahkan bahwa yang paling besar mendapat bunganya adalah simpanan berjangka atau depositem sedangkan yang paling kecil bunganya adalah Giro.

“Lalu yang kedua karena apa? Ada kemungkinan Karena pemerintah itu tidak bisa memanfaatkan uang yang sudah ada, pemerintah tidak kreatif. Dan yang ketiga diduga kuat ada kongkalikong atau adanya persekongkolan antara penguasa daerah dengan bank, karena bank nanti akan memberi bonus kepada pemerintah yang mau menaruh atau menyimpan uang dibanknya. Lalu di bank mana biasanya menyimpan uang ini? Ya sekalian menjawab pertanyaan dari Hawari. Biasanya disimpan di bank BPD(Bank Pembangunan Daerah). Dan yang keempat, karena pemerintah tidak kreatif, mereka ingin mendapatakn uang walaupun itu uang haram, dari hasil bunga bank.”

Setelah pertanyaan itu terjawab, Kemudian beralih ke pertanyaan selanjutnya. pertanyaan dari Wigati. “Lalu bagaimana cara pemerintah mengatasi hal tersebut?”

Seperti biasanya Ustad Umar selalu menawarkan terlebih dahulu kepada kami. “Siapa yang bisa menjawabnya, hayo bagaimana caranya?”

Tidak ada yang mau menjawab.

Akhirnya Ustad Umar yang menjawabnya. “Kalau dalam Islam, jika memang betul suatu daerah itu sudah memenuhi kebutuhan rakyat di daerahnya artinya benar-benar terpenuhi, maka dana lebih itu bisa dialihkan ke provinsi yang lain yang membutuhkan. Tapi masalahnya fakta nya nggak begitu, faktanya saat ini adalah kebutuhan rakyat di daerah itu saja tidak terpenuhi karena duitnya malah banyak yang disimpan di bank, tidak dipakai untuk pembangunan. Jadi apakah pemerintah pusat itu bisa menyelesaikan maslalah ini? FAKTANYA TIDAK BISA.”

Dengan tegas Ustad Umar berkata demikian. Dan ia juga menambahkan bahwa pemerintah itu paling hanya bisa menghimbau.

Lalu berlanjut ke pertanyaan selanjutnya.”Siapa yang menyimpan uang APBD itu di bank?” ini adalah salah satu pertanyaan dari Novia, ia menanyakan dua pertanyaan.

Ustad Umar menjawab pertanyaan itu, tapi sebelumnya ia kembali menawarkan kepada kami untuk menjawabnya. Tapi tidak ada yang mau mengangkatkan tangannya.

“Jadi yang menyimpan uang itu di bank adalah bendaharanya, tapi atas persetujuan kepala daerah provinsi, yaitu Gubernur.” Jawaban yang singkat dari Ustad Umar.

Beralih ke pertanyaan selanjutnya dari Siti. “Mengapa masalah penyimpanana APBD di bank ini bisa terjadi?”

“Ayo siapa yang mau menjawab pertanyaan ini. Mengapa masalah ini bisa terjadi?”

“Masak gak tahu, tadi kan sudah dibahas sebelumya. Satu karena di bank mnyediakan bunga, yang kedua karena pemerintah tidak kreatif. Lalu kenapa pemerintah itu tidak kreatif, seperti yang ditanyakan Hawari? Itu karena pemerintah itu bodoh, meyalurkan uang begitu saja tidak bisa. Kalau susah-susah, bayarin saja semua pelajar-pelajar itu, kesehatan itu digratisin saja semuanya, bayarin obat-obatannya, kan selesai.”

“Lalu pertanyaan selanjutnya apa Nam?” Tanya Ustad Umar kepadaku.

“Mengapa masalah APBD ini selalu menjadi masalah yang klasik.”

“Mengapa? Karena adanya aspek ribawi, alias adanya bank-bank yang menyediakan bunga, jika tidak ada bung pasti tidak menyimpan di bank.” Jelas Ustad Umar kepada kami.

Saat diskusi sedang berlangsung sekitar setengah 40 menit, tiba-tiba hujan pun turun, hujan sedikit mengganggu diskusi ini. Selain suara kami jadi susah terdengar, diskusi juga harus ditunda untuk beberapa saat, karena santri akhwatnya harus mempersiapkan kamar-kamarnya yang bocor.

Beberapa menit kemudian, setelah semua santri telah siap, diskusi pun dilanjutkan dengan beralih ke pertanyan selanjutnya. “APBD itu sebenarnya dibangun untuk membiayai masyarakat atau membiayai gaji pegawai.”

“Siapa yang mau jawab?”

Abdullah, salah satu anak dari Ustad Umar yang besokalah di homeschooling pun mencoba untuk menjawab pertanyaan itu. “Aku tahu bi, sebenarnya untuk masyarakat tapi malah digunakan untuk pegawai.”

Tenyata jawaban dari Abdullah itu tidak benar, Ustad Umar membenarkan jawabannya. Menurutnya yang benar itu adalah untuk kedua-duanya, ada yang namanya belanja tetap dan ada yang namanya belanja tidak tetap. Beliau lalu menambahkan, contoh belanja yang tetap adalah seperti gaji pegawai, gaji PNS. Gaji PNS itu sebagian diambil dari APBD dan ada juga yang dimabil dari APBN, terus yang termasuk bekanja tetap yang lainnya seperti biaya pensiun, biaya rapat-rapat dan yang lainnya. Kemudia beliau juga menyebutkan contoh-contoh belanja yang tidak tetap adalah seperti biaya pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.

Tapi yang sering terjadi biaya tidak tetap ini malah sering terabaikan, akhirnya pembangunan yang seharusnya banyak dilakukan malah tidak bisa diterapkan, padahal sebenarnya di dalam Islam itu, rumah-rumah penduduk yang sudah ambruk itu seharusnya dibangun kembali menggunkaan uang daerah. Begitu juga kerusakan yang terjadi karena bencana-bencana.

Lalu pertanyaan selanjutnya adalah. “dampak apa yang terjadi jika APBD tidak dikeluaran?”

Mungkin Ustad Umar lupa menawarkan pertanyaan itu kepada kami, sehingga ia langsung menjawab pertanyaan itu tanpa menawarkannya terlebih dahulu. “sebenarnya pertanyaan yang tepat adalah mengapa APBD itu tidak semua dikeluarkan? APBD itu sebenarnya dikeluarkan, tapi selalu saja ada yang disisakkan. dan akibatnya daerah itu tidak akan berkembang, contohnya jalannya itu-itu saja, jumlah jalan tetap padahal jumlah penduduk dan jumlah kendaraan semakin banyak. Pendidikannya juga tidak berkembang, malahan sekarang yang berkembang itu adalah sekolah swasta. Terus juga akibat yang lain adalah hidup terasa semakin sulit, selain itu juga uang itu nanti akan menjadi rebutan kepala daerah, karena kepala daerahnya pasti diduga kuat mendapat bonus dari bank BPD.

Diskusi sempat ditunda sebentar, karena sang Moderator perlu ke toilet.

Tak lama kemudian, diskusi pun dilanjutkan.

Pertanyaan selanjtunya adalah pertanyaan dari Hawari. “Mengapa pemerintah tidak kreatif dalam menggunakan uang APBD ini?”

Seperti biasanya Ustad Umar selalu menawarkan. “siapa yang mau menjawab pertanyaan ini?”

Lalu Taqi yang juga salah satu anak dari Ustad Umar yang juga bersekolah di homeschooling pun mengangkat tangannya, pertanda ia mau menjawabnya.

”karena mereka tidak sekolah.”

“kata Taqi tadi karena mereka tidak sekolah. Salah jawabannya, banyak orang yang sekolah tapi tidak kreatif, dan banyak orang yang tidak sekolah tapi malah justru lebih kreatif. Lalu Kenapa? Karena malas tidak mau belajar, hanya ingin berkuasa, dan juga karena tidak tahu bagaimana cara mengembangkan uang secara Islami, seperti membuat industri, atau seharusnya pemerintah bekerja sama dengan rakyatnya yang perlu di modali, misalnya usaha-usaha kecil, kan masih banyak petani-petani dan perkebunan yang masih memerlukan modal. Atau yang lain contohnya seperti kemarin, pembuatan mobil esemka yang mendapat modal dari pemerintah, supaya harga mobilnya murah, gak sampai ratusan juta. Jalan-jalan juga dibuat, supaya tidak macet, pasar-pasar dibuat. Kan uangnya bisa habis, daripada dismpan di bank.” Ustad Umar memebetulkan jawaban dari Taqi.

“Lalu pertanyaan selanjutnya apa Nam?”

Sebagai Notulen aku membacakan pertanyaan selanjutnya, pertanyaan yang berasal dari yasin. “Bagaimana cara mengatasi masalah pengendapan uang APBD?”

“Ya, cara mengatasi nya sebenarnya gampang, hilangkan saja BPD (Bank Pemabnguan Daerah). Kalau pun ada BPD tidak boleh dengan riba, atau dengan bunga. Jadi pemerintah pasti tidak mau menaruh uangnya di Bank. Yang kedua uang itu harus diawasi agar semuanya habis terpakai pada tahun itu untuk kepentingan rakyat. Caranya bagaimana? Cara nya pemerintahnya harus tahu cara mengelola uang untuk kepentingan masyarakat agar berkmebang. Kalau gak bisa lagi, kasih aja ke fakir miskin yang masih banyak membutuhkan. Jadi uangnya dapat bermanfaat daripada hanya disimpan di bank.”

Pertanyaan yag harus djawab selanjutnya adalah pertanyaan dari Musa. “mengapa uang sebesar 80 triliun ini disimpan di bank, dan tidak digunakan untuk kepentingan rakyat?”

Karena maghrib tinggal bebrapa menit, Ustad Umar langsung saja menjawabnya. “Tadi juga sudah dibahas kan. Karena pemerintah tidak kreatif dalam mengelola uang, pemerintah tidak mau belajar cara memanfaatkan uang yang Islami, pemerintah tidak tahu cara mengelolah uang yang sudah ada, atau juga diduga kuat ada kongkalikong dengan pihak bank.”

Diskusi berjalan semakin terburu-buru, karen amengejar waktu yang sebentar lagi maghrib.

Dan pertanyaan yang terakhir adalah dari Novia. “Bagaimaa pandangan Islam mengnai hal ini?”

“Ayo siapa yang mau jawab?” Ustad Umar menawarkan kepada kami.

Karena tidak ada yang menjawab, maka beliau menjawabnya. “Dalam Islam, jelas sekali tidak boleh menyimpan uang rakyatnya di bank, bahkan menyimpan di kas negara pun tidak dibolehkan. Rasulullah pernah suatu saat, habis sholat, sesudah salam Rasulullah langsung meloncat. Rasulullah teringat kalau dirumahnya masih ada satu dinar yang masih disimpan dirumah Rasulullah, dan belum diberikan ke fakir miskin.”

“Jadi tidak boleh menyimpan uang rakyat di bank, kalaupun ada yang disimpan itu hanya untuk persiapan jika terjadi bencana. Selain dari itu didistribusikan semuanya. Kalau semua nya sudah dimodalin tapi uang nya masih sisa gimana? Gampang, seperti yang saya bilang tadi kasikan saja ke fakir miskin atau yang membutuhkan. Bahkan pernah dulu pada zaman Umar bin Abdul Azis ia memberikan uang/modal kepada laki-laki yang belum nikah, agar cepat-cepat nikah. Dan jika masih lebih juga, uangnya bisa digunakan untuk membebaskan budak yang belum merdeka baik yang didalam negeri maupun yang diluar negeri. Sehingga dimasa Islam, orang itu kaya-kaya. Karena rakyat tidak pernah dikenai pajak, karena didalam Islam tidak ada yang namanya pa pajak, yang ada zakat, jiziah(upeti orang kafir yang hidup dalam negara Islam).” Begitulah Ustad Umr menerangkannya.

Semua pertanyaan telah terjawab, dan dengan djawabnya pertanyaan terakhir ini oleh Ustad Umar, diskusi pun ahkhirnya selesai setelah terdengar azan Maghrib. Diskusi itu diakhiri dengan membaca kafaratul majlis bersama-sama.

Jadi, saya sebagai notulen menyimpulkan. Pemerintah itu sebenarnya sudah salah karena menyimpan uang APBD di bank, seharusnya uang itu disaluran untuk kebutuhan daerah dan masyrakat karena masih banya daerah-daerah yang belum memnuhi kebutuhannya . Di dalam Isalm tidak dibenarkan menyimpan uang rakyat di bank atau pun di kas negara. Seharusnya pemerintah harus lebih kreatif dalam mengelola uang APBD ini, tidak malah ditaruh di bank.”

itulah diskusi kali ini rabu 10 Oktober 2012.